Profil Surya Paloh, Ketua Umum NasDem yang Berusia 72 Tahun
Reporter
Tempo.co
Editor
Andry Triyanto Tjitra
Senin, 17 Juli 2023 09:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang tengah berulang tahun ke-72 pada Ahad kemarin, 16 Juli 2023 mendapatkan doa dari bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
“Ya Allah yang Maha menerangi. Berilah usia yang panjang. Berilah kesehatan yang sempurna. Berilah hati yang bahagia kepada abang kami, kepada mentor kami, kepada pemimpin kami Bapak Surya Paloh yang hari ini memperingati Miladnya yang ke-72,” ujar Anies dalam doanya di acara Apel Siaga Perubahan Partai NasDem di Gelora Bung Karno, Ahad Kemarin, 16 Juli 2023.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kemudian melanjutkan doanya. Ia meminta Surya Paloh diberikan perlindungan dan keberkahan dalam menegakkan demokrasi di Indonesia.
Berdasarkan catatan Tempo, Surya Paloh merupakan inisiator dalam mengusung bakal capres. Pada 2014 misalnya, Surya Paloh bersama Nasdem termasuk partai yang paling awal mengusung Jokowi sebagai capres saat itu. Ketika partai politik (parpol) lain belum berani terang-terangan menyampaikan capres jagoannya, ia sudah melakukan langkah itu.
Sama halnya saat NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024. NasDem menjadi parpol pertama yang mendeklasikan Anies yang disusul Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.
Profil Surya Paloh
Melansir Tempo, Selasa, 11 Oktober 2022, pemilik nama Dr. (Hc). Drs. H. Surya Dharma Paloh adalah seorang aktivisme politik yang lahir pada 16 Juli 1951 di Banda Aceh. Kemudian ia besar di Pematangsiantar, Medan, Sumatera Utara. Di kota inilah yang kemudian membuat Surya Paloh menjadi salah seorang pengusaha ternama di Indonesia.
Ia mengenal dunia bisnis ketika masih remaja yang dilakukannya sambil bersekolah. Kala itu, ia menjual teh, ikan asin, karung goni, dan lain-lain yang membelinya dari dua orang sahabat sekaligus guru bisnisnya, lalu dijual ke beberapa kedai kecil atau PT Perkebunan Nusantara. Di kota Medan pula, ia mendirikan perusahaan karoseri dan menjadi agen penjual mobil.
Sambil berdagang, Surya juga menempuh pendidikan di Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, tetapi tidak tuntas dan melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Sumatra Utara.
Semasa kuliah, kecintaan Surya pada politik sudah terlihat. Saat itu, ia berhasil membuat organisasi massa yang menentang kebijakan dari pemerintahan orde lama dengan nama Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
Selanjutnya: Surya menjadi Koordinator Pemuda dan…
<!--more-->
Namun, tidak bertahan lama, KAPPI harus bubar dan membuat Surya menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekretariat Bersama Golkar. Setelah itu, ia pun mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu menjadi Pimpinan PP-ABRI Sumatra Utara. Dengan keaktifannya dalam dunia politik, mengharuskan ia pindah ke kota metropolitan, Jakarta.
Pendiri Lembaga Pers
Pada 1986, Surya Paloh mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas dan cetakannya sangat laku keras sampai ke berbagai daerah. Sayangnya, surat kabar tersebut harus dicabut SIUPP-nya oleh pemerintah karena tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik Indonesia. Kendati demikian, menurutnya bidan pers menjadi bisnis yang menarik sehingga ia memohon SIUPP baru, tetapi sudah dua tahun tidak kunjung keluar.
Ia pun mengusahakan beribu cara agar tetap membuka bisnis di bidang pers. Alhasil, ia bekerja sama dengan Achmad Taufik untuk mebangkitkan kembali Majalah Vista. Tidak hanya itu, pada 1989, Surya pun bekerja sama dengan T. Yously Syah mengelola koran Media Indonesia dan membuat koran ini diboyong ke Gedung Prioritas.
Selain kedua media tersebut, Surya juga bekerja sama dalam menerbitkan sepuluh penerbitan media di daerah, antara lain Harian Atjeh Post, Harian Gala (Bandung), dan Harian Cahaya Siang (Manado).
Dari tindakan yang banyak dilakukan oleh Surya Paloh untuk pers Indonesia, membuatnya diangkat sebagai pengusung kebebasan pers. Pers akhirnya berhasil memperoleh kebebasan yang hilang melalui Permenpan Nomor 1/Per/Menpen/1984 dicabut oleh Menpen Yunus Yosfiah pada 1998, seperti dikutip dari peraturan.bpk.go.id.
Kemudian, pada 18 November 2000, Surya mengundang Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur untuk meresmikan pendirian Metro TV sebagai sebuah stasiun televisi berita pertama di Indonesia.
Kemudian, 1 April 2001 Metro TV melakukan siaran non-stop selama 24 jam setiap hari. Kehadiran Metro TV yang dibangun oleh Ketua Umum Partai NasDem ini menjadi terobosan terbesar dalam dunia pertelevisian nasional.
RACHEL FARAHDIBA R | ANDRY TRIYANTO
Pilihan Editor: 5 Poin Pidato Surya Paloh Saat Apel Siaga Perubahan, Alasan NasDem Dulu Dukung Jokowi Sekarang Usung Anies Baswedan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.