Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto saat pelantikan Wakapolri dan sertijab Kabareskrim di Mabes Polri, Jakarta, 17 Agustus 2018. Kapolri Jenderal Tito Karnavian melantik Komjen Ari Dono sebagai Wakapolri menggantikan Komjen Syafruddin serta melakukan Sertijab Kabareskrim kepada Irjen Arief Sulistyanto. TEMPO/M Taufan Rengganis
TEMPO.CO, Jakarta- Wakapolri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto mengimbau kepada seluruh jajarannya agar menahan diri dari perbuatan yang aneh dan kasar hingga Pemilu 2019 selesai.
“Puasa dulu untuk kami berbuat yang aneh-aneh atau kasar. Tinggal hanya beberapa bulan lagi, tapi juga bukan berarti nanti boleh,” kata Ari Dono di Gedung Tribrata Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 31 Januari 2019.
Ari Dono pun meminta agar Polri lebih mengedepankan langkah-langkah yang bersifat persuasif dan edukatif dalam bertindak. Menurut dia anggota Polri harus lebih banyak memberikan solusi dibandingkan mengambil langkah penegakan hukum terhadap berbagai persoalan di tengah masyarakat menjelang pemilu. Penegakan hukum, kata Ari Dono, merupakan alternatif terakhir.
Sebab, menurutnya, langkah persuasif akan menghadirkan kenyamanan di tengah masyarakat. Selain itu untuk menghindari berbagai serangan politik ke institusi Polri. Salah satu yang diminta lebih 'kalem' oleh Ari Dono adalah Korps Brimob.
“Brimob dengan karakternya seperti itu, tahan diri. Sama juga kegiatan, saya dengar dari Kasatgas yang di Papua, kondisi sekarang semua dalam kegiatan untuk monitoring dan penyelidikan. Tahan diri," kata Ari.
Ari Dono berujar Polri juga harus melaksanakan kegiatan yang bersifat penyuluhan atau pembinaan. Hal itu sebagai antisipasi terjadinya gesekan dengan masyarakat.
"Seperti yang disampaikan Asisten Kapolri bidang Operasi (Inspektur Jenderal Rudi Sufahriadi) tadi, operasi tambang liar yang masyarakatnya banyak, operasi cantrang, atau operasi lalu lintas. Boleh kegiatan, tapi yang sifatnya penyuluhan, pembinaan, untuk kegiatan-kegiatan yang simpatik," ujar Wakapolri.