TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kiai dari kalangan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur mengaku kecewa kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Sebab, keputusan PKB berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla, pada pemilu presiden 9 Juli mendatang, tanpa meminta saran dan persetujuan kiai di Jawa Timur.
"Padahal, yang mendirikan PKB itu ya NU, tapi kami tidak diajak bicara. Hitungan-hitungannya gimana kok mendukung Jokowi, kami tidak tahu," kata Rois Suriah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur KH Miftahul Ahyar di Pamekasan, Kamis, 29 Mei 2014.
Jadi, ujar dia, jika saat ini ada kiai dan tokoh NU yang sudah menyatakan dukungannya, baik kepada Jokowi maupun Prabowo, itu merupakan pilihan pribadi, bukan organisasi. "Kiai dan warga NU khusus di Jawa Timur masih netral. Nanti jelang pilpres baru akan kami putuskan siapa yang akan didukung," tuturnya.
Soal kriteria calon presiden idaman NU, Ahyar mengatakan kriterianya tidak neko-neko dan tidak menjadikan hasil survei sebagai patokan. Sesuai dengan hasil musyawarah di Semarang beberapa tahun lalu, ujar dia, NU diharamkan mendukung capres nonmuslim. "Cuma itu saja, NU hanya mendukung capres yang seiman dan seagama," katanya.
MUSTHOFA BISRI
Berita Terpopuler:
Cadbury Berbabi, Muslim Indonesia Diminta Waspada
'Tukang Gesek' di Bus Transjakarta Tertangkap
Robert De Niro Blakblakan Ayahnya Gay
Sisa Kuota Haji Jadi Bancakan Pejabat dan Ormas