TEMPO.CO, Semarang - Kelompok Gusdurian--pengagum KH Abdurrahman Wahid--di Semarang menilai mendukung calon presiden dengan menggunakan Gus Dur sebagai alat kampanye untuk menarik dukungan adalah tidak bermoral. "Penggunaan foto, nama, maupun gambar Gus Dur untuk kampanye sama saja amoral untuk kepentingan dukungan elektoral," kata anggota Jaringan Gusdurian Kota Semarang, Syukron, Senin, 30 Juni 2014.
Spanduk kampanye calon presiden Prabowo Subianto oleh pendukung dengan mencantumkan gambar Gus Dur marak muncul di Semarang. Misalnya, di jalan raya Ngaliyan-Mijen, Semarang, terdapat spanduk yang menyandingkan foto Gus Dur tertawa dengan foto Prabowo Subianto. Di spanduk itu terdapat tulisan dengan huruf kapital: "Orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo."
Menurut Syukron, spanduk itu tidak dibuat oleh Jaringan Gusdurian. Sebab, tidak ada Jaringan Gusdurian yang mengaku mendukung Prabowo Subianto. Alasannya, Jaringan Gusdurian di seratus kabupaten/kota di Indonesia tidak berpolitik praktis. "Orang yang mencintai Gus Dur tidak akan menjualnya demi hanya merengkuh suara dalam politik praktis," tutur Syukron. (Baca juga: Spanduk Jokowi Diganti Paksa Spanduk Prabowo)
Karena itu, ia meminta para pendukung Prabowo untuk tidak lagi memanfaatkan nama Gus Dur dalam kampanye. Ia juga meminta supaya semua spanduk itu segera dicopot. "Kalau tidak, kami yang akan ramai-ramai mencopot," tutur Syukron. (Baca juga: Soal Kampanye Hitam, Ahok: Jangan Bawa-bawa Agama)
Sebelumnya, keluarga Abdurrahman Wahid minta kepada kubu Prabowo supaya tidak memanfaatkan nama Gus Dur dalam kampanye. Namun tampaknya permintaan itu belum juga mendapat respons positif. Putri Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman atau Alissa Wahid, menyatakan spanduk Prabowo yang menampilkan ayahnya itu tidak patut karena hanya mencatut nama besar Gus Dur.
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
19 Februari 2024
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.