Menlu: Dua Capres Sejalan di Isu Laut Cina Selatan  

Reporter

Rabu, 25 Juni 2014 07:33 WIB

Calon Presiden Prabowo Subianto, mendengarkan pemaparan dari capres Joko Widodo saat debat capres sesi tiga yang diselenggarakan di Hotel holiday Inn Kemayoran, Jakarta (22/06). Dalam Debat Capres Sesi 3 kali ini mengangkat tema ketahanan nasional dan politik internasional. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai tidak ada perbedaan yang substantif dalam pendapat dua calon presiden, Jokowi dan Prabowo, ihwal isu Laut Cina Selatan yang diutarakan dalam debat pekan lalu. “(Dalam debat tentang) Laut Cina Selatan, sebenarnya, menurut hemat kami sebagai orang awam, tidak ada perbedaan yang substantif dan menonjol di antara kedua calon presiden. Saya tahu memang seolah-seolah ada yang mempertajam perbedaan di antara kedua capres, (tapi perbedaan) itu tidak ada,” kata Marty di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa, 24 Juni 2014.

Kepedulian Indonesia mengenai Laut Cina Selatan sudah dimulai 20 tahun lalu, tepatnya sejak 1985, melalui proses South China Sea Workshop Series. “Jadi sangat betul yang disampaikan oleh salah satu calon presiden bahwa Indonesia peduli dan perlu memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan kita,” kata Marty. (Baca:Daftar Kata Favorit Prabowo-Jokowi di Debat Capres)

Marty juga menepis adanya perbedaan pandangan kedua capres perihal ada-tidaknya sengketa yang melibatkan Indonesia di Laut Cina Selatan. “Kalau bicara tentang sengketa di Laut Tiongkok Selatan seperti yang kita pahami selama ini, yaitu, misalnya, sengketa mengenai Kepulauan Paracel, Kepulauan Spartly, jelas Indonesia bukan (termasuk) negara (yang) (ber)sengketa. Yang bersengketa di sana adalah Tiongkok, entitas Taiwan, ada Brunei, ada Malaysia, ada Vietnam, dan ada Filipina,” ujar Marty.

Karena itu, Indonesia punya ruang dan peluang berkontribusi untuk mencari titik tengah dan titik temu atas persoalan Laut Cina Selatan. Namun sebuah negara tidak bisa terlibat begitu saja dalam suatu sengketa lantaran salah satu prasyarat diterimanya peran pihak ketiga dalam sengketa itu, baik sebagai fasilitator maupun mediator, adalah negara-negara terkait mau menerima negara tersebut. (Baca:Debat Capres, Menlu Marty: Meneduhkan)

Penerimaan itu tergantung pada penilaian masing-masing negara yang bersengketa, apakah betul keterlibatan negara yang ingin membantu itu bisa menyelesaikan masalah, atau malah menambah masalah. Faktanya, kata Marty, Indonesia telah berkontribusi sebagai fasilitator sejak 1985.

Namun bukan berarti Indonesia sama sekali tidak bersinggungan atau terkena dampak, terutama karena nine-dotted line yang dibuat oleh Cina menjurus ke selatan atau ke wilayah Indonesia.

“Secara resmi Indonesia sudah pernah mempertanyakan nine-dotted line ini. Kita sampaikan ke PBB, intinya adalah apa yang menjadi dasar hukum, bukan dasar sejarah, dari nine-dotted line ini. Karena ini berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dan berpotensi menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh cakupan dari nine-dotted lines ini,” kata Marty.

Sedangkan khusus mengenai Kepulauan Natuna, menurut Marty, Indonesia dan Cina tidak bersengketa. “Karena Anda lihat sendiri ada pernyataan dari pemerintah Tiongkok yang menyatakan hal tersebut,” kata Marty.





NATALIA SANTI





Berita lainnya:
Hari Ini, Ada Foto Risiko Merokok di Kemasan

AJI: Berita Capres di Tempo dan Kompas Berimbang

Suami Airin Dihukum Terlalu Ringan, KPK Bakal Banding

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Rusia Mengutuk Upaya Pembunuhan Perdana Menteri Slovakia dan Doakan Lekas Sembuh

6 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Mengutuk Upaya Pembunuhan Perdana Menteri Slovakia dan Doakan Lekas Sembuh

Kementerian Luar Negeri Rusia dengan keras mengutuk serangan pada perdana menteri Slovakia dan mendoakan agar Robert Fico lekas bugar

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Pastikan Indonesia akan Selalu Berpihak pada Palestina

20 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Pastikan Indonesia akan Selalu Berpihak pada Palestina

Kementerian Luar Negeri kembali menegaskan dukungan pemerintah dan rakyat Indonesia terhadap Palestina.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Indonesia-Kazakhstan Segera Rampungkan Perjanjian Kerja Sama Promosi dan Perlindungan Investasi

3 hari lalu

Indonesia-Kazakhstan Segera Rampungkan Perjanjian Kerja Sama Promosi dan Perlindungan Investasi

Pemerintah Indonesia dan Kazakhstan merencanakan kelanjutan proses negoisasi terkait promosi dan investasi pada Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Indonesia Mengutuk Pembakaran Kantor UNRWA di Yerusalem oleh Warga Israel

5 hari lalu

Indonesia Mengutuk Pembakaran Kantor UNRWA di Yerusalem oleh Warga Israel

Kementerian Luar Negeri RI mengatakan aksi pembakaran markas besar UNRWA di Yerusalem oleh warga ekstremis merupakan tanggung jawab Israel.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Komentari Maraknya Gelombang Unjuk Rasa Pro-Palestina

6 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Komentari Maraknya Gelombang Unjuk Rasa Pro-Palestina

Kementerian Luar Negeri menilai gelombang unjuk rasa pro-Palestina di sejumlah negara adalah bentuk kekecewaan mahasiswa pada negara atas perang Gaza

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

8 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meyakinkan Israel akan kembali membuka penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah.

Baca Selengkapnya

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

8 hari lalu

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

Kementerian Luar Negeri RI mengecam keras perebutan Israel terhadap Penyeberangan Rafah di sisi Palestina.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

10 hari lalu

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

Indonesia-Africa Forum kedua akan diselenggarakan di Bali pada 3 - 4 September 2024. Menlu Retno mengundang perwakilan dari Gambia.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

10 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya