Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) didampingi Ketua Harian Partai Demokrat, Syarief Hasan (kiri) dan Kristiani Herawati (Ani Bambang Yudhoyono) dalam acara pengumuman hasil konvensi Partai Demokrat di DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat (16/5). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lembaga Survei Indonesia Dodi Ambardi mengatakan, sikap netral Ketua Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan partai tersebut masih membuka pintu negosiasi untuk berkoalisi. "Netral itu kan bisa diartikan tidak ke sana dan tidak kemari, tapi juga bisa ke sana ke mari," katanya saat dihubungi Tempo, Ahad, 18 Mei 2014.
Dodi menilai bahwa pernyataan SBY yang bersifat normatif itu karena masa tenggat waktu pendaftaran calon presiden dan wakil presiden masih 20 Mei 2014 nanti. "Makanya masih terbuka opsinya. Bisa ke Prabowo, bisa ke Jokowi. Netral dan terbuka. Masih ada peluang negosiasi" katanya.
Dodi menduga, SBY mengambil sikap netral karena belum tahu siapa cawapres Prabowo Subianto dari Gerindra dan Joko Widodo dari PDIP. "Jadi dia (SBY) lihat dulu, ini arahnya ke mana," katanya.
Peneliti LSI ini menambahkan bahwa upaya SBY untuk mendekati kubu-kubu tertentu sebenarnya sudah setahun yang lalu. Terutama dengan PDIP. Tapi karena PDIP sebagai partai prioritas untuk koalisi tidak menanggapi, nasib Demokrat pun terkatung-katung hingga hari ini. Saat ini, kata Dodi, hanya ada dua alternatif bagi SBY dan Demokrat, bergabung dengan Aburizal Bakrie dengan Golkar atau dengan Prabowo Subianto.
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.