TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Victor Silaen memaparkan pandangannya terkait "keuntungan dan kerugian" yang mungkin terjadi jika Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie berpasangan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. "Bagi Prabowo, secara politik ini sebenarnya menguntungkan karena dia mendapat mitra dan dukungan dari mesin politik yang kuat dan besar," kata Victor, kala dihubungi dari Jakarta, Selasa, 6 Mei 2014.
Menurut Victor, jika duet itu tercipta, Prabowo akan "selamat" sampai ke tenggang waktu pendaftaran pasangan capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum pada 18-24 Mei nanti. Selama ini, katanya, Prabowo kesulitan mendapatkan mitra koalisi yang pasti untuk mendampingi partainya maju dalam pemilu presiden.
Di sisi lain, dia menilai duet itu juga merugikan Prabowo karena elektabilitas Aburizal yang tak bisa disangkal sangat rendah dan akan berdampak negatif terhadap elektabilitas mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu. (Baca: Rombongan Aburizal ke Rumah Prabowo Naik Heli)
"Posisi Aburizal Bakrie sebagai cawapres akan membuat elektabilitas Prabowo sebagai capres yang sebelumnya cukup bagus kelak jadi melorot cukup signifikan. Sebab, tak bisa disangkal elektabilitas Aburizal Bakrie memang rendah sekali," ujar dia.
Faktor lain, pencalonan Aburizal Bakrie masih mendapatkan tekanan dari internal Golkar lantaran mandat Ical sejak awal adalah menjadi calon presiden. Victor mengatakan Aburizal Bakrie pasti banyak dipersoalkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar karena mandat sebagai capres mendadak diubah menjadi cawapres secara sepihak oleh dirinya sendiri.
"Ini akan rawan konflik internal. Beritanya tentu mempengaruhi publik sehingga makin membuat publik tidak berselera untuk memilih Aburizal Bakrie di posisi mana pun dia berada," kata dia. (Baca: Jurus Gerindra Gaet Partai Golkar)
Pada Senin, 5 Mei 2014, Aburizal Bakrie melakukan kunjungan balasan ke kediaman Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, untuk membicarakan prospek koalisi antara Golkar dengan Gerindra. Belum jelas betul apa wujud koalisi yang akan terjadi antara kedua partai karena kedua tokoh sudah secara resmi dideklarasikan sebagai capres oleh partainya masing-masing.
Wacana yang beredar adalah Ical dikabarkan mau mengalah dengan menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Lembaga Survey Nasional (LSN) Umar S. Bakry menilai prospek pasangan Prabowo Subianto-Aburizal Bakrie dalam pilpres akan terganggu jika konflik di internal Golkar tidak segera berakhir. "Prospek pasangan Prabowo-Aburizal Bakrie menjadi terganggu," kata dia.
Di tempat terpisah, Ketua Angkatan Muda Partai Golkar Yorrys Raweyai meminta Aburizal Bakrie tak mengambil keputusan sepihak dalam penentuan arah koalisi partainya. Yorrys mengatakan hingga saat ini keputusan rapat pimpinan nasional Golkar adalah menetapkan Aburizal sebagai calon presiden.
"Ketua umum tak boleh mengambil keputusan sepihak," kata Yorrys usai pertemuan di kediaman Aburizal Bakrie, Senin, 5 Mei 2014. Hari ini Aburizal mengundang pimpinan ormas dan sayap partai Golkar ke kediamannya di Jalan Mangun Sarkoro 42, Menteng, Jakarta Pusat.
WAYAN AGUS PURNOMO | ANTARA
Terkait
Ditanya Soal Cawapres Jokowi, Abraham Samad Diam
Boediono Ultah Ke-71, Pegawai Istana Wapres Antre
Boediono: Kampus Buruk Ibarat Pengedar Uang Palsu
Ditanya Siapa Cawapresnya, Ical Rogoh Saku Celana
Penyebab Popularitas Wapres Boediono Rendah