TEMPO.CO,Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko berjanji tak akan menyalahgunakan dinas intelejen untuk memenangkan seseorang ataupun partai politik tertentu dalam Pemilihan Umum 2014. Dia mengaku heran dengan kekhawatiran berlebihan sebagian masyarakat terhadap dinas intelijen TNI. (Baca: TNI Janji Tak Tunggangi Intelijen Curangi Pemilu).
Moeldoko pun membantah pernah memerintahkan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) Mayor Jenderal M. Erwin Syafitri untuk secara khusus memantau dan memenangkan suatu partai. Dia menjamin Bais tetap netral sebagai bagian dari TNI. "Saya gantung Kepala Bais kalau intelijen digunakan untuk pemilu," katanya di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta, Jumat, 4 April 2014.
Moeldoko mengaku getun lantaran netralitas TNI dalam menghadapi pemilu terus saja dipertanyakan. Salah satunya besarnya kekhawatiran terhadap sikap TNI karena banyak purnawirawan yang menjadi peserta pemilu. Pada Pemilu 2014 memang terdapat sejumlah purnawirawan yang menjadi calon legislator ataupun calon presiden. (Baca: Moeldoko Bantah Bicara Soal Cawapres dengan Jokowi).
Saat ini ada lima purnawirawan TNI yang ingin maju dalam bursa calon Presiden RI. Mereka adalah bekas Komandan Jenderal Kopassus Letnan Jenderal Prabowo Subianto dari Partai Gerindra serta mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo dan mantan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto melalui konvensi Partai Demokrat. (Baca: Calon Wakil Presiden Jokowi Diusulkan dari Militer).
Selain itu, ada pula mantan Penglima TNI Jenderal Wiranto, calon presiden dari Partai Hati Nurani Rakyat, dan Sutiyoso, dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Sedangkan purnawirawan yang maju sebagai calon legislator di DPR mencapai puluhan orang. (Baca: Prabowo Galang Purnawirawan, Jokowi Temui Panglima).