Mahasiswa Depok Demo Partai Koruptor  

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 3 April 2014 17:29 WIB

Sejumlah anak yang bernaung dibawah Urban Poor Consorsium dan Jaringan Rakyat Miskin Kota berunjuk rasa dengan membawa sapu di KPK, Jakarta, (20/11). Mereka mendukung KPK untuk membersihkan indonesia dan menyapu koruptor. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Depok - Kelompok yang terdiri atas belasan mahasiswa yang menamakan diri Forum Mahasiswa Tanah Air (Format) melakukan aksi menolak partai korup. Aksi berlangsung di pertigaan Jalan Margonda Raya-Juanda, Depok, Kamis, 3 April 2014.

Dalam demonstrasi itu, mereka membentangkan spanduk dan poster serta melakukan aksi teatrikal yang menunjukan seorang pejabat korup menghina seorang warga miskin. (Baca juga: Kader Korupsi, PDIP Yakin Elektabilitas Tak Turun).

Koordinator lapangan demonstrasi, Eko Wardaya, mengatakan partai-partai yang meramaikan Pemilihan Umum 2014 adalah partai yang saat ini terkenal dengan kader-kadernya yang korup. "Kami membawa semua bendera partai yang sudah jelas korup," katanya di tengah-tengah aksi tersebut, Kamis, 3 April 2014.

Beberapa bendera partai yang mereka bawa yakni bendera PDIP, Golkar, PAN, PKB, PKPI, PBB, Gerindra, PPP, Hanura, Demokrat, dan PKS. Mereka juga membawa data indeks korupsi per kasus dari partai-partai tersebut.

Eko mengimbau agar masyarakat bertindak cerdas pada 9 April 2014 dengan tidak memilih partai lama. Soalnya, partai-partai lama identik dengan kasus korupsi. "Jadilah pemilih cerdas, tolak caleg dari partai korup," katanya.

Menurut Eko, tokoh partai politik yang namanya dirilis berbagai lembaga survei akhir-akhir ini berasal dari partai yang indeks korupsinya tinggi.

"Data itu sesuai dengan rangkuman KPK Watch," katanya. Perilaku korup, kata dia, sudah seperti gen yang terus diwariskan dalam sistem demokrasi. "Mereka mewariskan teladan buruk dari bos-bos partainya."

Mahasiswa lainnya, Emas Rahayu, mengatakan kondisi Pemilu 2014 darurat, sama daruratnya dengan bencana alam. Karena itu, mereka mengajak masyarakat menjadi pemilih yang cerdas. "Jangan jadi pemilih bodoh sebagai wujud cinta Tanah Air," kata mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Al Quduah itu.

Arifin, mahasiswa lainnya, mengatakan aksi itu bukan untuk mendorong masyarakat memilih partai tertentu. Ketika ditanya apakah dia setuju dengan pilihan golongan putih (golput) karena kelompoknya menyalahkan semua partai, Arifin mengaku tidak setuju.

"Kami tidak setuju golput. Masyarakat harus menentukan nasibnya, tapi kami ingin kasih tahu kalau partai itu korup," katanya. Arifin tak menjawab ketika ditanyai ihwal solusi apa yang bisa dia berikan kepada masyarakat agar bisa tetap memilih partai yang tidak korup.

Dalam demonstrasinya, Format membakar beberapa bendera partai yang dianggap korup. Aksi ini menyebabkan lalu lintas di Jalan Margonda Raya sempat tersendat.

ILHAM TIRTA




Berita Terpopuler
Sering Marah-marah, Berapa Tensi Ahok?
Nyaris Separuh Pemilih Inginkan Jokowi Presiden
Keluarga Berlusconi Jual Sahamnya di AC Miilan

Berita terkait

Angka Keramat Nawacita

28 April 2015

Angka Keramat Nawacita

Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.

Baca Selengkapnya

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

17 Desember 2014

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

5 Agustus 2014

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut

Baca Selengkapnya

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

9 Juli 2014

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.

Baca Selengkapnya

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

8 Juli 2014

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.

Baca Selengkapnya

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

6 Juli 2014

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.

Baca Selengkapnya

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

5 Juli 2014

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.

Baca Selengkapnya

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

5 Juli 2014

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.

Baca Selengkapnya

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

5 Juli 2014

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.

Baca Selengkapnya

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

5 Juli 2014

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.

Baca Selengkapnya