TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy yakin partainya tetap bisa lolos ke Senayan pada pemilihan anggota legislatif pada 9 April nanti. Prediksi sejumlah lembaga survei yang menempatkan PPP di zona bahaya, kata dia, tak akan terbukti. "Hasil survei itu banyak yang tak valid, tak sesuai realita," kata dia ketika dihubungi, Senin, 24 Maret 2014.
Menurut pria yang akrab disapa Romy ini, sejauh ini partainya tak terlalu kesulitan memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 3,5 persen suara yang ditetapkan Undang-Undang Pemilu. Berdasarkan evaluasi internal partai, pada saat ini partainya diperkirakan sudah mengantongi sekitar 50 kursi atau setara hampir 10 persen suara.
Dia mengatakan pada pemilu 9 April nanti PPP yakin bisa meraih 67 kursi DPR. Hitung-hitungan ini sudah berdasarkan pengukuran atas capaian calon legislator selama masa sosialisasi dan kampanye. "Kami tak menargetkan jadi yang terbesar, tapi kami targetkan jumlah kursi."
Sebelumnya, berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei, sejak November 2013 suara PPP hanya di kisaran empat persen. Pada survei yang digelar Charta Politika pada November dan Desember 2013, PPP hanya meraup 3,8 persen. Sedangkan pada Februari 2014, Saiful Mujani
Research and Consulting (SMRC) merilis PPP meraup 5 persen suara.
Romahurmuziy menilai hasil survei bukanlah harga mati menghadapi pemilu. Untuk bisa lolos ambang batas, partainya menguatkan kampanye di seluruh daerah di Indonesia. PPP tak mau hanya menyasar pemilih di provinsi padat seperti di Jawa. "Kami kuatkan di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi," ucap Romahurmuziy. PPP, kata dia, tak mau hanya berfokus pada perolehan suara, tetapi pada perolehan kursi.
Sedangkan untuk meningkatkan elektabilitas partai, Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Fernita Darwis mengatakan partainya kini tak hanya menyasar pemilih Islam. PPP juga menguatkan sosialisasi untuk pemilih pemula dan masyarakat umum. "Kami coba membangun paradigma baru agar tak diidentikkan dengan partai Islam."
IRA GUSLINA SUFA
Berita terkait
Angka Keramat Nawacita
28 April 2015
Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.
Baca SelengkapnyaPemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya
17 Desember 2014
Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.
Baca SelengkapnyaObor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi
5 Agustus 2014
Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut
Baca SelengkapnyaAhok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal
9 Juli 2014
Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.
Baca SelengkapnyaRibuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi
8 Juli 2014
Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.
Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat
6 Juli 2014
Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.
Baca SelengkapnyaHatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura
5 Juli 2014
Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.
Baca SelengkapnyaPendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin
5 Juli 2014
Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.
Baca SelengkapnyaTabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis
5 Juli 2014
Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.
Baca SelengkapnyaKampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret
5 Juli 2014
Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.
Baca Selengkapnya