Kesaksian Ketua Sema 97-98 tentang Tragedi Trisakti

Sabtu, 12 Mei 2018 08:00 WIB

Iklan
image-banner

TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Trisakti, peristiwa penembakan, 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa saat aksi damai menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Saat itu ribuan mahasiswa dan civitas akademika Universitas Trisakti berunjuk rasa damai di dalam kampus. Aparat, dari kesatuan yang hingga kini belum jelas, melakukan penembakan kepada mahasiswa dengan peluru tajam. Akibat penembakan itu, empat mahasiswa Universitas Trisakti meninggal, puluhan yang lain terluka. Mahasiswa yang meninggal: Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998), Hendriawan Sie (1975-1998).

Mereka tewas tertembak terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Julianto Hendro Cahyono, Ketua Senat Mahasiswa Trisakti periode 1997/1998, menunjukkan bukti bahwa peluru yang dipergunakan untuk menembak mahasiswa adalah peluru tajam.

"Kalau peluru karet, tak mungkin tembus sampai sini," ujarnya sambil menunjuk lubang pada dinding bekas tertembus peluru.

Jurnalis Video: Maria Fransisca Lahur
Editor: Ngarto Februana

Simak juga: Mereka Bicara tentang Reformasi