TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Jusuf Kalla menyatakan, kader Partai Golongan Karya yang mendukungnya sama sekali tak salah atau membelot dari keputusan partai. Menurut dia, Pemilihan Umum Presiden tak memilih partai politik atau berbeda dengan Pemilu Legislatif.
"Pilpres itu milih figur yang tepat untuk jadi pemimpin bangsa, bukan milih partai," kata Kalla di acara Deklarasi Relawan Keluarga Nusantara, Sabtu, 24 Mei 2014. (Baca:Faktor Kalla Sedot Pemilih Golkar dan Demokrat)
Baca Juga:
JK menyatakan, kader Golkar akan salah dan layak mendapat sanksi jika pilpres adalah pemilihan atau pencoblosan parpol. Faktanya, menurut dia, dalam kertas suara pilpres tak akan ada lambang parpol, tetapi hanya foto figur yang menjadi capres-cawapres.
Banyaknya dukungan kader Golkar ke Jokowi-Jk juga tak dapat dikategorikan sebagai tindakan membelot. Justru JK menilai para kader tersebut memilih calon yang memiliki ikatan dengan mereka yaitu mantan ketua umum Golkar. "Apa yang salah memilih mantan ketuanya? Daripada mereka memilih ketua partai lain, itu lebih salah," kata JK. (Baca:Pembagian Tugas Jokowi-Kalla pada Kampanye Pilpres)
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sendiri secara resmi sudah mengumumkan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Pilihan Aburizal tersebut menjadi keputusan final sesuai dengan hasil Rapat Pimpinan Nasional.
Meski demikian, sejumlah kader dan pengurus partai justru menggalang perlawanan dengan berbelok mendukung Joko Widodo-JK. Atas situasi ini, muncul wacana untuk memberikan sanksi terhadap kader dan pengurus yang membelot tersebut. (Baca:Golkar Klaim Tetap Solid)
FRANSISCO ROSARIANS
Terpopuler:
Stadium Ditutup, Pemiliknya di Luar Negeri
Pengacara Bantah Kepala JIS Pedofil
Anggota TNI Ditangkap karena Mencuri Mobil