TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer dari Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia Rizal Darma Putra mengatakan militer masih dianggap mitra strategis partai politik. Musababnya, mereka memiliki daya jangkau khususnya di pelosok desa untuk memobilisasi massa dan melakukan kegiatan intelejen. Militer di desa memiliki pengaruh besar di tokoh masyarakat baik formal maupun informal. "Maka partai berlomba mendekati purnawirawan yang masih memiliki penetrasi ke militer aktif," kata Rizal saat dihubungi, Rabu, 30 April 2014.
Salah purnawirawan yang jadi incaran adalah Ryamizard Ryacudu. Calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo sempat memasukkan nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu sebagai salah satu calon pendampingnya. Namun, Rizal menganggap langkah Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, ini bisa mengakibatkan blunder bagi diri dan partainya, PDI Perjuangan. Alasannya Ryamizard terlibat operasi pemberangusan Gerakan Aceh Merdeka. "Ryamizard rentan diserang isu hak asasi manusia."
Selain itu, lanjut Rizal, Ryamizard sudah terlalu lama pensiun. Sehingga kemungkinan, kekuatan purnawirawan bintang empat itu untuk penetrasi ke tubuh militer sudah berkurang. "Hampir sepuluh tahun dia pensiun." Purnawirawan masih bisa mempengaruhi militer aktif jika tak lebih dari lima tahun meninggalkan barak.
Rizal mencontohkan kemenangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2004 sebagai kerja intelijen. Katanya, SBY masih memiliki pengaruh di militer lantaran periode SBY mundur dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk mencalonkan presiden hanya dalam hitungan hari. "SBY berhasil menghidupkan mesin politiknya melalui militer."
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Berita Lainnya:
Jagal Tangerang Bantai 3 Orang Dalam Sejam
Guru-guru Dipanggil Polda, Ini Tanggapan JIS
Polisi Belum Periksa Darah Guru JIS
Usai Makan Bersama, Jagal Tangerang Beraksi
Adik Mantan Pacar Hentikan Amuk Jagal Tangerang