TEMPO.CO, Surabaya - Sinyal Anies Baswedan menggandeng Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai cawapresnya makin meredup. Padahal, nama Khofifah sempat masuk dalam penjaringan bacawapres Anies pada Maret lalu.
Menurut Wakil Ketua Partai NasDem Ahmad Ali, penentuan calon wakil presiden bagi Anies mesti memperhatikan peta pemenangan. Dia menyebut lumbung suara Anies yang perlu ditingkatkan berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Ali menilai sosok cawapres Anies hendaknya bisa mengerek elektabilitas di sana.
"Menurut saya siapa yang bisa membantu memenangkan daerah Jawa. Jadi kalau kemudian kriteria menurut kami ya idealnya mengambil orang Jawa Timur, darah Nahdlatul Ulama (NU),” kata Ali saat dihubungi, Jumat, 21 Juli 2023.
Sebelumnya, Anies mengungkapkan kriteria baru soal cawapresnya, yakni kriteria 0 (nol). Artinya, sosok cawapres ini tidak bermasalah hukum dan pemberani. Ali mengaku heran dengan kriteria baru tersebut. Pasalnya, kata dia, rumusan kriteria cawapres mestinya disepakati sedari awal, sehingga tidak berubah-ubah tiap saat.
Peneliti senior Surabaya Survei Center (SSC) Surokim Abdussalam mengatakan, bila dilihat dari matematika politiknya, Khofifah paling aman maju lagi sebagai calon gubernur Jawa Timur periode kedua. Sebab berdasarkan riset lembaga survei tersebut, elektabilitas Khofifah di Jawa Timur jauh di atas tokoh-tokoh lain yang diperkirakan punya kans maju dalam pilkada itu.
"Menurut kami Khofifah paling aman maju lagi sebagai cagub karena opsi itu masih ada dan peluang menangnya sangat besar. Kalau ia maju sebagai bacawapres, entah siapa pun capresnya, peluangnya masih fifty-fifty,” tutur Surokim yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Sabtu, 22 Juli 2023.
Surokim menuturkan SSC telah mensurvei dua kali ihwal kandidat-kandidat yang berpeluang bersaing di Pilkada Jawa Timur. Untuk survei tingkat provinsi, kata Surokim, prosentasenya baru dipublikasikan dua minggu lagi. Namun hasilnya sudah tergambar bahwa Khofifah mempunyai elektabilitas paling tinggi.
“Di bawah Khofifah yang paling kompetitif Tri Rismaharini (Risma). Disusul Emil Dardak dan Saifullah Yusuf. Namun jaraknya lumayan lebar dengan Khofifah,” ujar Surokim.
Adapun survei sebelumnya dilakukan SSC di tingkat Kota Surabaya pada 20-30 Juni 2023 dengan sampel sebanyak 1.200 responden. Metode yang dipakai saat itu menggunakan stratified multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,83 persen dan tingkat kepercayaan sebensar 95 persen.
Hasilnya Khofifah memuncaki survei itu dengan perolehan 36,3 persen; disusul Tri Rismaharini (Menteri Sosial) 19,8 persen; Eri Cahyadi (Wali Kota Surabaya) 18,4 persen; Emil Dardak (Wakil Gubernur Jawa Timur) 11,3 persen; Saifullah Yusuf (Wali Kota Pasuruan) 3,3 persen; Anwar Sadat (Ketua Gerindra Jawa Timur) 2,4 persen; Kusnadi (bekas Ketua PDIP Jawa Timur) 1,8 persen; dan Achmad Fauzi (Bupati Sumenep) 1,6 persen.
Meskipun pilkada serentak baru dilaksanakan pada November 2024, namun Surokim melihat peta persaingannya tidak bergeser terlalu jauh. Jika Khofifah maju, ia akan tetap berpeluang paling besar memenangi kontestasi itu dibandingkan kandidat lainnya. Namun Surokim tak tahu apakah Khofifah nantinya mengambil opsi tersebut. “Karena politik itu dinamis,” kata Wakil Rektor UTM tersebut.
IMA DINI SHAFIRA
Pilihan Editor: Khofifah dan Yenny Wahid, Tokoh Perempuan NU Masuk Bursa Bacawapres Anies Namun Dinilai Sulit