Yandri menyatakan pihaknya belum menerima atau pun menolak opsi tersebut. Dia menyatakan partainya masih akan membicarakan secara internal untuk menentukan arah politik pada Pilpres 2024.
“Ini kan baru pertemuan pertama. Nanti akan ada pertemuan berikutnya. Termasuk mungkin bicara hal-hal teknis. Kalau ada titik temu, mungkin akan berakhir dengan dukungan kepada Ganjar,” kata Yandri.
Soal opsi poros keempat, menurut dia, pun masih hidup. Dia mengakui pihaknya memiliki dua nama untuk disodorkan sebagai Cawapres. Selain Zulhas, PAN juga berpotensi mendorong Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Cawapres.
“Tetap (ada usulan Airlangga-Zulhas). Nah kalau Ganjar sama Prabowo, kita dorong Erick Thohir sebagai cawapres,” kata Yandri.
Hubungan PAN dengan Gerindra sendiri bisa dianggap cukup mesra. Pasalnya, dalam dua Pilpres terakhir, 2014 dan 2019, PAN mendukung Prabowo Subianto sebagai Capres. Pada 2014, Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa, bahkan menjadi pendamping Prabowo. Kedua partai juga sama-sama masuk ke koalisi pendukung pemerintahan pasca Pilpres 2019.
Kedua partai juga sempat terlibat dalam Ide pembentukan koalisi besar yang merupakan gabungan KIB dan KIR. Akan tetapi, ide ini kemudian meredup seiring dengan sulitnya penentuan siapa yang akan menjadi Capres dan Cawapres.
Belakangan, Prabowo Subianto juga menunjukkan kemesraan dengan Cawapres PAN, Erick Thohir. Keduanya sempat bertemu di Kantor Kementerian Pertahanan pada 17 Mei 2023. Meskipun demikian, Gerindra dan PAN membantah jika pertemuan itu membahas soal Pilpres 2024.