Capres Jokowi menunaikan ibadah salat Tarawih pada malam pertama bulan Ramadan 1435 H di Masjid Ali Akbar, Sidosermo, Surabaya, Jawa Timur, 28 Juni 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Surabaya - Mengenakan kemeja putih lengan panjang dipadu celana kain hitam, calon presiden Joko Widodo mengunjungi kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Senin, 14 Juli 2014. Selain bersilaturahmi dengan para pengurus, Jokowi juga berbuka puasa bersama dan salat magrib berjemaah.
Saat berbincang dengan Jokowi, Ketua PWNU Jawa Timur Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan, jika diibaratkan ilmu syariah, hasil hitung cepat beberapa lembaga survei setelah hari pencoblosan 9 Juli merupakan hasil hisab. "Kalau hasil rukyat nanti, nunggu tanggal 22 Juli. Itulah yang jadi pegangan kita," ujar Hasan.
NU, tutur Hasan, akan selalu mendukung pemerintahan yang sah selama program dan kebijakannya memihak kepada masyarakat. Namun, jika tidak memihak kepada masyarakat, NU akan mengkritik sekaligus memberikan masukan kepada pemerintahan tersebut. "Dukungan NU tidak sama dengan koalisi yang mendukung semua keputusan pemerintah," katanya.
Menurut Hasan, setelah hasil penghitungan suara diumumkan resmi oleh KPU, pihaknya tidak mentoleransi segala bentuk ketidakjujuran dan rekayasa hasil pemilu. Sebab, KPU merupakan lembaga resmi yang diakui undang-undang. "PWNU akan mengawasi hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU," ujar Hasan.
Adapun Jokowi mengatakan yang terpenting dalam pengawalan suara adalah tidak untuk menambah suara, tapi hasilnya. "Paling penting hasilnya jujur dan menang," tutur Jokowi disambut tepuk tangan dan gelak tawa para pengurus PWNU Jatim yang hadir. (Baca: Jokowi: Terima Kasih Masyarakat Jawa Timur)