Pengamat: Sentimen Orba Efektif di Pedesaan  

Reporter

Senin, 9 Juni 2014 06:21 WIB

Entah karena kurang percaya diri atau ingin kembali ke masa lalu, Wiranto, calon presiden dari Hanura, memasang gambar mantan Presiden Soeharto ketika kampanye akbar Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Lapangan Srengat, Blitar, Jawa Timur, Minggu (16/3). ANTARA FOTO/Rudi Mulya

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan membangkitkan sentimen Orde Baru bagai pisau bermata dua bagi calon presiden dari koalisi Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Kampanye model ini bisa bermanfaat untuk menggarap pemilih di pedesaan, tetapi bisa blunder bagi kalangan menengah perkotaan.

“Di desa, Soeharto dan Orde Baru memiliki nilai positif,” kata Yunarto saat dihubungi, Ahad, 8 Juni 2014. Dia mengatakan masyarakat pedesaan menganggap era Orde Baru lebih baik dari sisi perekonomian dan stabilitas keamanan. Menurut Yunarto, segmen yang paling banyak memberikan penilaian ini adalah kalangan petani dan nelayan. (Baca: Prabowo Ziarah ke Makam Soeharto)

Yunarto mengatakan segmen inilah yang ingin digarap oleh Prabowo. Menurut dia, Prabowo sedang menggali keuntungan elektoral dengan membangkitkan sentimen Orde Baru. Misalnya, mendatangi makam Soeharto, bertemu dengan Titiek Soeharto yang dianggap mewakili keluarga Cendana, hingga mewacanakan Soeharto menjadi pahlawan nasional. (Baca:Simbol Soeharto Dinilai Tak Berpengaruh Signifikan)

Menurut Yunarto, model kampanye ini bisa menjadi blunder di kelas menengah perkotaan. Yunarto mengingatkan kenaikan elektabilitas Prabowo terjadi sebagian besar di kalangan kelas menengah. Mengkampanyekan Orde Baru di kalangan kelas ini justru bisa menimbulkan antipati. “Elektabilitas Prabowo bisa stagnan di kelas ini,” kata dia. (Baca: Prabowo Dinilai Ingin Manfaatkan Simbol Orde Baru)

Yunarto mengatakan saat ini sedang terjadi persaingan ketat antara Prabowo dengan calon presiden dari koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) untuk memperebutkan pemilih di pedesaan. Dia menilai seharusnya Prabowo bisa berkampanye dengan lebih elegan sehingga tak menimbulkan antipati. Misalnya, tak perlu menyebut sosok Soeharto, tetapi cukup mengkampanyekan program-program Soeharto yang dianggap berhasil.

WAYAN AGUS PURNOMO





Berita lainnya:
SBY Minta Presiden Mendatang Cinta Petani-Nelayan
Nurul: Keaslian Dokumen Pemecatan Prabowo Diragukan

Kemenpan Permudah Persyaratan Seleksi CPNS










Advertising
Advertising

Berita terkait

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

6 hari lalu

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

6 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

16 November 2023

Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

Keputusan devaluasi itu berdampak yang luas terhadap kondisi ekonomi negara dan memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah dan pelaku ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?

Baca Selengkapnya

TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

21 April 2023

TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

Digagas sejak Maret 1970, pembangunan proyek TMII dimulai pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 atau 48 tahun silam.

Baca Selengkapnya

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Dampak Ahok dan Anies Dekati Trah Soeharto Dinilai Tak Signifikan  

17 Maret 2017

Dampak Ahok dan Anies Dekati Trah Soeharto Dinilai Tak Signifikan  

Pasangan Anies-Sandi dan Ahok-Djarot mendekati Keluarga Cendana--sebutan bagi keluarga almarhum Presiden RI kedua Soeharto--dianggap tak menguntungkan.

Baca Selengkapnya