Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djajal didampingi istri, Rosa Rai Djalal berfoto bersama didepan makam Sersan Dua Usman dan Kopral Harun seusai melakukan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP), Kalibata, Jakarta Selatan (24/3).TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Dino Patti Djalal, tidak akan mengikuti jejak beberapa mantan peserta konvensi presiden Partai Demokrat yang merapat ke dua kubu calon presiden dan wakil presiden. Dia mengatakan hanya akan menyatakan dukungan politiknya di bilik suara pada 9 Juli mendatang.
"Saya netral," ujar Dino melalui lewat pesan singkat, Sabtu, 31 Mei 2014.
Kendati netral, pria berdarah Minang itu tetap memiliki pilihan calon pemimpin negara. Dia memastikan aspirasi politik tersebut akan dinyatakan di hari pemilihan. "Saya tidak berpolitik, tapi saya tidak golput," ujar pria berdarah Sumatera Barat itu.
Dino mengatakan saat ini dia masih berkonsentrasi untuk menyebarkan semangat nasionalisme unggul dan internasionalisme Indonesia. Semangat itu disebarkannya ke komunitas kampus, pesantren, dan pengusaha media.
Sebelumnya, sejumlah mantan peserta konvensi Demokrat memilih mendukung kubu calon presiden. Anies Baswedan memilih kubu Joko Widodo alias Jokowi. Adapun Marzuki Alie dan Ali Masykur Musa bergabung ke kubu Prabowo Subianto.
Alasan mereka pun beragam. Anies bergabung ke kubu Jokowi karena pasangan ini dianggap menawarkan kebaruan pendekatan pemerintahan. Adapun Marzuki merapat lantaran Prabowo dinilai dapat meneruskan perjuangan Partai Demokrat. (Baca juga: Seperti Jokowi, Prabowo akan Bangun Tol Laut)
Meski demikian, ada juga mantan peserta konvensi yang memilih netral. Tokoh yang mengambil jalan netral ini seperti Dino dan Irman Gusman. (Baca juga: Jokowi Ungguli Prabowo di Semua Kantong Massa)
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.