TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto mengatakan partainya memutuskan tidak lagi menjadi oposisi. Hanura akan masuk dalam tataran pengambil kebijakan atau pemerintahan.
"Kami tidak akan berpangku tangan, tidak akan menjadi penonton, tetapi akan masuk dalam sistem pemerintahan untuk mengambil bagian dalam perubahan Indonesia menjadi maju pada masa depan," kata Wiranto saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Hanura di Sultan Hotel, Senayan, Selasa, 6 Mei 2014. (Baca: Rapimnas Hanura Tak Bahas Dosa Hary Tanoe)
Rapimnas Hanura yang berlangsung hingga Rabu, 7 Mei 2014, itu diikuti ratusan pengurus pusat dan daerah. Rapimnas ini bertujuan menentukan arah koalisi partai Hanura menjelang pemilu presiden Juli mendatang. Wiranto mengatakan partainya sudah cukup menjadi oposisi bersama PDI Perjuangan dan Gerakan Indonensia Raya sejak 2009.
Ia menilai gerakan oposisi membuat partanyai mendapat predikat bersih, tapi ternyata masyarakat tidak juga menjatuhkan pilihan penuh kepadanya dalam pemilu legislatif 2014. "Banyak yang tidak memilih partai yang bersih," ujarnya. (Baca: Koalisi Prabowo-Hanura Terganjal Kasus Mei '98)
Namun yang menjadi persoalan, kata Wiranto, kondisi politik cukup menyulitkan partainya untuk meramalkan siapa yang bakal memegang tangkup pemerintahan ke depan. Karena itu, ia mengajak kader Hanura membuat perhitungan yang cerdas dan tepat untuk meramalkan siapa pemenang pemilu presiden nanti. "Sekarang ada empat poros koalisi yang sedang mengemuka. Tentu ini tidak mudah," katanya. (Baca: Suara Rendah, Hanura Terlalu Percaya Iklan TV)
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
19 Februari 2024
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.