TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat keterpilihan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam bursa calon presiden konsisten pada angka 37-38 persen menurut survei yang digelar lembaga Pol-Tracking Institute. Sedangkan tingkat keterpilihan kandidat lain malah menurun. "Kalau ada Jokowi (dalam bursa calon presiden), potret cuaca politik hari ini dia (Jokowi) menang," kata Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda ketika memaparkan hasil survei lembaganya di Menteng, Jakarta, Ahad, 26 Januari 2014.
Berdasarkan survei ini, Jokowi memiliki tingkat keterpilihan 37,95 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding hasil survei lembaga yang sama pada 13 September-11 Oktober 2013. Saat itu tingkat keterpilihan Jokowi baru 37,46 persen. Survei ini dilakukan secara serempak di 33 provinsi. Jumlah informan sebanyak 2.010. Survei dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling. Adapun data diambil melalui wawancara. Margin of error penelitian ini mencapai 2,19 persen.
Sedangkan survei terbaru Pol-Tracking Institute digelar pada 16-23 Desember 2013 terhadap 1.200 responden di 33 provinsi. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,83 persen.
Saat tingkat keterpilihan Jokowi konsisten pada angka 37-38 persen, tingkat keterpilihan sejumlah kandidat lain justru menurun. Tingkat keterpilihan Prabowo Subianto, yang masuk bursa capres dari Partai Gerindra, turun dari 11,72 persen menjadi 10,34 persen. Begitu pula dengan Aburizal Bakrie yang merupakan calon presiden dari Partai Golkar. Aburizal yang semula memiliki tingkat keterpilihan 11,67 persen kini hanya mendapat 5,92 persen.
Sedangkan kandidat lainnya memiliki tingkat keterpilihan yang amat jauh dari Jokowi. Wiranto memiliki tingkat keterpilihan 5,42 persen, Jusuf Kalla 4,25 persen, Megawati Soekarnoputri 3,84 persen, Mahfud Md. 2 persen, Dahlan Iskan 1,75 persen, Surya Paloh 1,42 persen, Hatta Rajasa 1 persen, dan sejumlah tokoh lainnya bila digabung hanya mendapat 5,92 persen. Namun dalam survei ini sebanyak 20,52 persen responden masih menjawab tidak tahu.
NURUL MAHMUDAH | SUNDARI
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya