Pengamat: Koalisi Terlampau Gendut, Perlambat Kerja Pemerintah

Reporter

Fikri Arigi

Minggu, 23 Juni 2019 14:40 WIB

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan ketika menghadiri buka puasa bersama pimpinan lembaga tinggi negara di Rumah Dinas Ketua MRR Kawasan Widya Chandra Jakarta, Jumat 10 Mei 2019. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik asal Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menilai kerja pemerintah akan lamban apabila koalisi partai politik pemerintah terlampau gendut. Fungsi kontrol bagi partai oposisi di parlemen pun ia prediksi akan mengalami kelumpuhan.

Baca juga: Didesak Bubarkan Koalisi, Kubu Jokowi Terbayang Setgab

"Pemerintahan berjalan lamban karena begitu banyak kompromi politik di dalamnya," ujar Adi yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini saat dihubungi Ahad 23 Juni 2019.

Kubu calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi dikabarkan membuka lebar peluang koalisi dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat. Pertemuan Jokowi dengan Komandan Komando Tugas Bersama atau Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan, disebut-sebut sebagai langkah awal penjajakan koalisi.

Dari Partai Demokrat sinyal ini pertama kali menguat saat Jokowi bertemu dengan AHY di Istana Merdeka pada 2 Mei lalu. Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan membeberkan, Agus menawarkan 14 program Demokrat saat bertemu Jokowi.

Advertising
Advertising

Serupa Demokrat, PAN juga memberi sinyal kemungkinan merapat dengan koalisi pemerintahan pasca pertemuan Zulkifli Hasan dengan Jokowi pada 24 April lalu. Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan menyebut, kontrak politik partainya untuk mendukung Prabowo-Sandi dalam koalisi Adil Makmur, hanya sampai pemilihan presiden 2019. Setelah itu, PAN memiliki kedaulatan menentukan arah koalisi.

Belakangan di kalangan internal Gerindra muncul istilah "212". Tiga narasumber yang ditemui terpisah di partai itu mengatakan kiasan tersebut berasal dari tawaran jabatan dari kubu Jokowi. Dua-satu-dua berarti dua kursi menteri, satu kursi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan dua jabatan di Dewan Pertimbangan Presiden.

Andre Rosiade, yang duduk di Badan Komunikasi Gerindra, mendengar ada tawaran posisi menteri, pemimpin komisi di DPR, dan pemimpin MPR untuk partainya dari kubu Jokowi. "Pak Prabowo dan petinggi Gerindra juga mengetahui informasi ini," kata Andre dikutip dari Majalah Tempo edisi 24 Juni - 30 Juni 2019.

Adi menilai merapatnya partai-partai oposisi ke pemerintah itu bukan hal yang aneh di Negara berazas presidensialisme multipartai. Kata dia, dalam azas demikian persaingan antar kubu bukan didasarkan pada perbedaan ideologi partai yang ekstrem, tapi didasarkan karena perbedaan pilihan politik sesaat.

"Efeknya, antar kubu hanya sengit bersaing jelang pilpres. Tapi setelah Pilpres usai semua merapat ke pemenang. Itu terjadi sejak pilpres 2004 hingga saat ini," ujar dia.

Ia mewanti-wanti, jika partai lawan merapat ke pemenang maka yang terkena dampaknya adalah fungsi kontrol di parlemen. "Karena bisa dipastikan check and balance bakal lumpuh total," kata dia.

FIKRI ARIGI | DEWI NURITA | MAJALAH TEMPO

Berita terkait

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

11 jam lalu

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

PKS Kota Depok membuka peluang bagi partai politik untuk bergabung pada Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Gerindra Jajaki Koalisi dengan Golkar pada Pilkada 2024 di Kabupaten Bogor

22 jam lalu

Alasan Gerindra Jajaki Koalisi dengan Golkar pada Pilkada 2024 di Kabupaten Bogor

Dengan perolehan 12 kursi di Pileg, Gerindra bisa mengusung pasangan calon sendiri di Pilkada 2024 Kabupaten Bogor.

Baca Selengkapnya

Nasdem, PKS, dan Perindo Jajaki Koalisi pada Pilkada 2024 di Sulsel

1 hari lalu

Nasdem, PKS, dan Perindo Jajaki Koalisi pada Pilkada 2024 di Sulsel

Nasdem Sulsel menyatakan komunikasi politik tetap terbuka dengan partai lain guna menghadapi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Ragam Pendapat Soal Pentingnya Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Ragam Pendapat Soal Pentingnya Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Sejumlah kalangan menilai DPR membutuhkan partai oposisi untuk mengawasi pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Pakar Ekonomi Ingatkan Bahayanya Kabinet Koalisi Besar Prabowo-Gibran

3 hari lalu

Pakar Ekonomi Ingatkan Bahayanya Kabinet Koalisi Besar Prabowo-Gibran

Pakar menilai kabinet koalisi Prabowo yang besar akan menguntungkan bagi pemerintahan, tetapi jadi indikasi lumpuhnya check and balances di parlemen

Baca Selengkapnya

Enggan Tanggapi Penolakan Gelora, PKS Masih Tunggu Majelis Syura soal Sikap Politik

3 hari lalu

Enggan Tanggapi Penolakan Gelora, PKS Masih Tunggu Majelis Syura soal Sikap Politik

PKS memilih tak menggubris pernyataan Partai Gelora yang menolak rencana mereka bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

3 hari lalu

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

Demokrat siapkan tiga nama kader senionya maju di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Para Politikus PKS Ini Balas Partai Gelora soal Gabung Prabowo-Gibran

4 hari lalu

Para Politikus PKS Ini Balas Partai Gelora soal Gabung Prabowo-Gibran

Partai Gelora menolak PKS jika bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran, karena dinilai selalu 'menyerang' saat masa kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Sepakat Berkoalisi di Pilkada 2024, PKB dan PPP Petakan Daerah Potensial

5 hari lalu

Sepakat Berkoalisi di Pilkada 2024, PKB dan PPP Petakan Daerah Potensial

PPP dan PKB sudah memetakan daerah-daerah yang menjadi target mereka di pilkada pada November mendatang.

Baca Selengkapnya

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

7 hari lalu

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

Sufmi Dasco membantah, ketidakhadiran Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam acara Halalbihalal yang digelar PKS merupakan sinyal penolakan

Baca Selengkapnya