TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun menuturkan tak menemukan kejadian maupun potensi rusuh di akar rumput di sejumlah daerah pasca pelaksanaan pemilu 2019. “Saya dan Kiai Kanjeng keliling ke 15 kota selama dua minggu non stop,” ujar Cak Nun ditemui di kediamannya di Yogya, Kamis 25 April 2019.

Berita terkait: Cak Nun Anggap People Power Akan Timbulkan Benturan Horizontal

Cak Nun menuturkan selama dua pekan, baik sebelum, saat, dan sesudah pemilu, ia berkeliling ke sedikitnya 15 kota bersama kelompok budayanya, Kiai Kanjeng. “Untuk memenuhi undangan berbagai kelompok masyarakat.”

Dari lawatan itu, ujar Cak Nun, ia jadi ikut mengetahui kondisi di wilayah yang dikunjungi. Di sana, kata dia, tidak ada bentrok, kontroversi, maupun konflik fisik. Kalaupun ada polarisasi pilihan politik tak sampai mengarah konflik fisik apalagi perpecahan horizontal.

Beberapa daerah yang dikunjungi Cak Nun, antara lain, Temanggung, Cilacap, Kebumen dan berbagai wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Kami juga ke Kota Solo, yang katanya rawan, ternyata juga tidak rawan. Warganya kompak saja sebagai bangsa Indonesia.”

Dari kegiatannya berkeliling ke belasan kota itu, Cak Nun menyimpulkan kegaduhan akibat pemilu itu tak sampai merembet ke akar ramput. “(Konflik) itu terjadi hanya di kalangan menengah ke atas,” ujar dia.

Cak Nun memperkirakan konflik yang hanya terjadi di seputar elit itu tak akan menular ke bawah. "Ya mungkin (ada) mercon sedikit-sedikit, tapi rakyat tak akan terpengaruhlah," ujar dia.

Di tengah riuh saling klaim kemenangan antar kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden, Cak Nun memilih dan mengajak masyarakat tetap memposisikan diri sebagai rakyat biasa. Rakyat, kata dia, tidak bingung-bingung amat dengan berbagai klaim tersebut. “Tapi apapun yang terjadi kita tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia,” kata Cak Nun.

PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)