TEMPO.CO, Jakarta - Tiket maskapai penerbangan Air Asia nyaris habis diserbu penumpang pada hari pencoblosan pemilu presiden, 9 Juli 2014. Sekretaris Perusahaan Air Asia Indonesia, Audrey Prostagama Petriny, dalam pesan elektronik kemarin menyebutkan pada rute Jakarta-Singapura tingkat keterisian penumpang mencapai 100 persen.
Adapun untuk rute Jakarta-Denpasar sebanyak 90 persen. Pada hari-hari biasa, keterisian penumpang pada kedua rute tersebut sekitar 75-80 persen. “Tapi, kami tidak dapat memastikan apakah kenaikan ini karena jadwal pilpres,” ujarnya.
Kekhawatiran orang terhadap pelaksanaan pemilu presiden, diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Sofjan Wanandi. Dia mengatakan sebagian pengusaha dari etnis Tionghoa memilih berlibur ke luar negeri ketimbang menggunakan hak suaranya. “Mereka memilih pergi karena mengalami trauma akan tragedi yang terjadi pada 1998,” ujarnya. (Baca juga: Takut Pilpres Rusuh, WNI Tionghoa Mengungsi)
Pada 1998, terjadi kerusuhan etnis di Jakarta yang berbuntut tumbangnya Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Apalagi, para pengusaha mengaku mendapatkan ancaman melalui pesan pendek, telepon, dan media sosial. Isinya, menurut Sofjan, memaksa pengusaha memilih salah satu calon presiden. (Baca: Sofjan Wanandi: Warga Minoritas Takut Nyoblos)
Melonjaknya penumpang pesawat ke luar negeri, tak dialami oleh Garuda Indonesia. Sedangkan jumlah penumpang pada penerbangan domestik justru menurun. ”Masyarakat terkonsentrasi mencoblos di tempat masing-masing,” ujar juru bicara PT Garuda Indonesia Tbk, Pujo Broto.
AYU WANDARI | RAYMUNDUS RIKANG
Berita Terpopuler
Slank: Salam 2 Jari, Konser Kemanusiaan Terbesar
Buruh Bantah Dukung Prabowo di Hari Tenang
Bos Lion Air Incar Proyek Kereta Ekspres Bandara
Kereta Super Cepat Bandung-Jakarta Segera Dibangun
KPK: Dirut KAI Ignasius Jonan Patut Dicontoh