TEMPO.CO, Jakarta - Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ade Armando, menilai musikus Ahmad Dhani melakukan blunder dengan menggubah Genjer-genjer sebagai lagu dukungan untuk Prabowo. Meski lagu ciptaan Muhammad Arief itu bukan milik komunis, kata dia, stigmatisasi Genjer-genjer sudah identik dengan komunisme.
"Ahmad Dhani serasa menampar muka Gerindra," kata Ade saat dihubungi, Sabtu malam, 28 Juni 2014. Ahmad Dhani ramai diberitakan lantaran menciptakan lagu berjudul Ojo Kuwi yang nadanya mirip Genjer-genjer. Dalam laman YouTube, video tersebut berdurasi 1 menit 16 detik. "Seakan Ahmad Dhani ingin mencitrakan dirinya bagian komunisme."
Padahal, ujra dia, sekretaris kampanye nasional Prabowo-Hatta, Fadli Zon, telah menuduh penggunaan Revolusi Mental oleh Jokowi menyadur komunis. Foto Fadli Zon sendiri saat mengunjungi makam bapak komunisme, Karl Marx, pada 2003 telah menyebar ke media sosial.
Ade menilai Gerindra bakal kerepotan membalikkan citra seakan tim Prabowo juga memiliki pengagum komunis. "Kelompok Islam yang mendukung Prabowo bisa berbalik," tuturnya. "Harusnya, sebagai seniman, Ahmad Dhani juga sensitif."
Lagu Ojo Kuwi yang berarti jangan yang itu berisi tiga lirik dalam bahasa Jawa. Lirik pertama adalah Ojo kuwi. Kedua, Kuwi ngono ora biso rumongso, yang artinya yang itu tidak tahu diri. Terakhir, Kuwi ngono rumongso biso, yang bermakna yang itu hanya merasa bisa.
Di akhir lagu itu, Ahmad Dani menyerukan pendengar untuk memilih Prabowo dalam pemilihan presiden 2014. "Coblos nomor 1," kata Dhani.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Berita Terpopuler:
Anggota TNI Akui Bakar Juru Parkir Monas
Transformers Age of Extinction: Megah dan Dangkal
Mi Berformalin Juga Ditemukan di Pasar Bandung
Kalah Taruhan Piala Dunia, Astronot NASA Dibotaki