TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan proses pemungutan suara ulang yang terjadi di Jakarta besok sangat merugikan pemilih. Menurut dia, kasus ini membuat warga tidak bisa menggunakan hak pilihnya secara serentak.
"Yang dirugikan pasti pemilih," ujar Titi, saat dihubungi, Sabtu, 12 April 2014. "Karena mereka tidak hak pilih mereka harus tertunda akibat kesalahan teknis yang disebabkan oleh KPU DKI."
Titi mengatakan, pada penyelenggaraan pemilihan umum, negara memang sudah menyiapkan sebanyak 1.000 surat suara per kabupaten/kota. "Tapi bukan berarti lantas sudah disiapkan oleh negara dan sudah ada anggaranya terus pemungutan suara jadi bisa ditolerir," kata dia.
Selain itu, Titi juga mengatakan dengan adanya pemungutan suara ulang ini, dapat menurunkan tingkat partisipasi warga. Akibatnya, niat warga untuk menggunakan hak pilihnya menurun. (Baca: Takut Anarkis, Pemilu Ulang di Luwu Belum Putus)
"Bahkan bisa jadi suara warga itu nantinya akan berubah," kata Titi. "Yang tadinya mereka mau memilih Partai A, misalnya, jadi berubah karena mereka sudah melihat hasil perhitungan cepat, juga bisa jadi berpaling ke partai lain, meskipun perubahan suara pemungutan suara ulang nanti tidak teralu signifikan terhadap hasil pemilu, karena kan hanya beberapa TPS saja yang di Jakarta," katanya.
REZA ADITYA
Berita Terpopuler
KPK: Anas Terancam Hukuman Berat
Anas Minta SBY dan Ibas Jadi Saksi
Ini Pola Baru Penggalangan Dana Teroris
Dubes AS Kunjungi KPK, Ada Masalah Apa?