TEMPO.CO, Surakarta - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, memprotes acara sosialisasi calon legislator berubah menjadi ajang kampanye, Rabu 2 April 2014. Di awal acara, Presiden Badan Eksekuti Mahasiswa UNS Siswandi mengatakan bedah parpol untuk mengenalkan caleg ke mahasiswa. “Karena faktanya banyak yang tidak kenal caleg di daerah pemilihan Jateng V,” katanya.
Dia menghadirkan sebagian caleg yang mewakili semua partai agar mahasiswa bisa mengenal dan bisa mengkritisi caleg bersangkutan. “Harapannya dapat terpilih caleg terbaik,” ucapnya.
Tapi pelaksanaan bedah parpol berubah menjadi ajang kampanye. Caleg yang menyampaikan visi dan misinya justru mengarahkan peserta bedah parpol untuk memilih caleg itu. Ada caleg yang terang-terangan meminta dukungan mahasiswa.
Selain caleg yang menjadi pembicara, ada juga caleg yang ikut dalam rombongan tim partai. Saat diberi kesempatan bertanya kepada caleg partai lain, justru caleg itu berkampanye dengan menyebutkan nama, asal partai, daerah pemilihan, dan nomor urut.
Mahasiswapun memprotes. “Ini termasuk kampanye. Padahal tidak boleh ada kampanye di kampus,” ucap seorang mahasiswa. Menurut dia, ketika ada caleg yang menyampaikan nomor urut dan daerah pemilihan, jelas termasuk kampanye. Dia meminta panitia membedakan antara pendidikan politik dengan politik praktis. Setelah protes, mahasiswa tersebut ke luar ruangan dan kembali berdebat dengan panitia soal penyelenggaraan acara.
Siswandi membantah bahwa acara itu kampanye. Dia mengaku sudah berkonsultasi dengan penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu soal acara debat parpol. “Dianggap bukan kampanye. Sehingga bisa dilakukan di kampus,” katanya.
Menurut Siswandi, dia ada caleg yang berusaha mengarahkan peserta agar memilih caleg yang bersangkutan. Misalnya dari ucapan mohon dukungan dari salah satu caleg. Dia berjanji akan membenahi teknis penyelenggaraan acara pada hari kedua.
UKKY PRIMARTANTYO