Aliansi Perempuan Surakarta Berdoa untuk Pemilu Damai
Editor
Raihul Fadjri
Minggu, 6 Juli 2014 17:28 WIB
TEMPO.CO, Surakarta - Di Plasa Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah, 20 orang berpakaian serba hitam berdiri dan membentuk lingkaran. Kedua tangan mereka bergandengan satu sama lain. Kepala mereka tertunduk sekian menit. Setelah itu, dipandu salah seorang peserta, mereka bersama-sama memanjatkan doa agar pemilu presiden 9 Juli mendatang berlangsung damai.
Nunung Purwanti, Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia cabang Surakarta, mengatakan mereka berasal dari berbagai organisasi, agama, dan partai politik. “Kami bergabung dalam Aliansi Perempuan Surakarta untuk Pilpres Damai,” katanya, Ahad, 6 Juli 2014.
Doa bersama tersebut didasari keprihatinan atas cara-cara kampanye tim sukses kedua pasangan calon yang dinilai sudah tidak sehat. “Mereka begitu gampang menilai dan menistakan lawan politiknya,” ucapnya. Cara-cara kampanye yang dilakukan sudah menggunakan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) serta fitnah. Hal itu bisa mendorong terjadinya konflik dan kekerasan di masyarakat.
Nunung mengatakan kampanye pemilu presiden kali ini tak ubahnya perang, bukan kompetisi. Dalam kompetisi, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi dengan kerasnya pertarungan saat kampanye, dia khawatir bisa terjadi kekacauan jika calon presiden yang didukung kalah. “Kami khawatir, setelah pilpres lalu bagaimana? Jangan sampai negara jadi chaos,” katanya.
Dia mengatakan Aliansi Perempuan terdiri atas berbagai kelompok, seperti Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (Spekham), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), dan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (Asppuk).
Mereka berkumpul dan berdoa bersama untuk saling menguatkan. Mereka berharap pelaksanaan pemilu presiden berjalan damai dan tidak ada gesekan di masyarakat seusai pemilu. “Kami berdoa bersama untuk menenangkan diri dari kegundahan selama kampanye,” ujarnya.
Salah seorang peserta doa bersama, Reny, berharap seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih menggunakan hak pilih mereka. “Coblos pasangan capres-cawapres yang berpihak pada rakyat dan sesuai hati nurani kita,” katanya.
Dia meminta negara memastikan proses pesta demokrasi 9 Juli nanti berlangsung aman, damai, tanpa kecurangan, dan tanpa kekerasan. Negara juga harus menjamin tiap warga negara bebas menentukan pilihan politiknya.
“Penyelenggara pemilu harus bersikap netral dan aktif menanggapi segala bentuk pelanggaran pemilu,” ucapnya. Ihwal pasangan capres-cawapres yang menang, dia berharap mereka dapat menjalankan program-program yang secara nyata berpihak kepada rakyat.
UKKY PRIMARTANTYO