Setelah Coret Kantor TV One Yogya, Massa Minta Maaf
Editor
Rini Kustiani
Kamis, 3 Juli 2014 19:56 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sekelompok massa mendatangi kantor biro TV One di Yogyakarta pada Rabu malam, 2 Juli 2014. Saat itu, massa menyegel dan mencorat-coret kantor tersebut. Kendaraan sejumlah karyawan yang terparkir di halaman juga tak luput jadi sasaran coretan.
Sebelum menyemprotkan cat di kantor televisi milik pengusaha Aburizal Bakrie itu, massa berorasi yang isinya memprotes pemberitaan TV One yang menyebutkan PDI Perjuangan adalah antek Partai Komunis Indonesia (PKI). Berikut kronologi peristiwa berdasarkan penuturan Heri Sunarso, petugas jaga malam Kompleks Perumahan Timoho Regency-tempat kantor biro TV One Yogyakarta. (Baca: Polisi Masih Berjaga di Kantor TV One di Cakung)
Pada Rabu malam, 2 Juli 2014, sekitar pukul 22.00 WIB sekitar 25 pemuda masuk ke kompleks itu dengan mengendarai sepeda motor. "Rata-rata usia mereka 20 tahun dan berperawakan sedang," kata Heri kepada Tempo, Kamis, 3 Juli 2014. Di rombongan itu, menurut dia, tak seorang pun mengenakan atribut PDI Perjuangan atau kaus seragam warna merah ciri partai banteng moncong putih tersebut. "Semua berpakaian bebas, tanpa helm dan tak berpenutup wajah." Kendaraan yang digunakan juga tak menimbulkan suara gaduh, seperti bising knalpot saat berkampanye. Heri melihat kelompok massa itu hanya membawa pengeras suara dan cat semprot. (Baca: Corat-coret di TV One, PDIP: Itu Aksi Spontanitas)
Sesampainya di depan rumah nomor C3-b yang dikontrak TV One sebagai kantor biro Yogyakarta, massa kemudian mematikan mesin sepeda motor mereka kemudian turun dan bergantian berorasi. "Kami tak terima disebut PKI! PDIP bukan PKI!," ujar Heri menirukan protes kelompok massa tadi. "Jokowi Presiden! Presiden Jokowi!" Orasi ini sontak membuat warga kompleks keluar rumah dan menyaksikan apa yang terjadi. (Baca: Pramono: PDIP Tidak Perintahkan Kader Demo TV One)
Kepada warga, massa sempat menyapa agar mereka tak perlu khawatir karena tak berniat anarkistis atau mengganggu. Melalui pengeras suara, seorang demonstran menyatakan hanya ingin mengklarifikasi pemberitaan TV One yang menuding PDI Perjuangan merupakan kawan dan antek PKI. Seusai berorasi, perwakilan massa mencoba bertemu dengan kru TV One dengan cara mengetuk pintu rumah. Tapi, kata Heri, "Semua kru TV One sudah berangkat ke Purwokerto untuk liputan sejak hari Selasa. Jadi rumah kosong." (Baca: Soal TV One, Mega Serukan Kader PDIP Tahan Emosi)
Massa kecewa karena tujuannya melakukan protes tak tersampaikan. Seorang dari kelompok itu mengeluarkan cat semprot dan menulis berbagai makian dan kecaman pada TV One. Ada pula yang langsung mengambil puluhan stiker bergambar Jokowi yang ditempelkan pada seluruh bagian rumah. Seluruh muka rumah dua lantai itu, dari kaca, garasi, langit-langit, teras hingga sepeda motor para jurnalis yang terparkir di garasi penuh corat-coret cat semprot. Tulisan seperti 'PDIP bukan antek PKI', 'TV One Anjing' menghiasi rumah yang aslinya dimiliki seorang warga asal Jakarta itu.
Adapun penyegelan kantor itu, menurut Heri, adalah spontanitas demonstran. Saat itu, massa melihat tumpukan bambu dan kayu di depan rumah yang baru saja dicat ulang itu. "Wong mereka datang enggak bawa apa-apa, tiba-tiba lihat ada kayu terus dipasang di pintu masuk," kata Heri.
Seorang warga yang tinggal di depan kantor TV One, Igo, menyatakan massa tak beringas. Warga juga sempat berkomunikasi dengan mereka dan menanyakan maksud aksi demonstrasinya. "Rumah warga lainnya tak diganggu," kata Igo. Setelah berorasi dan mencorat-coret kantor TV One, massa kemudian meminta maaf kepada warga dan pergi.
Hingga Kamis sore, 3 Juli 2014, Kepolisian Daerah Yogyakarta menurunkan personelnya untuk menjaga kantor yang sudah diberi garis polisi itu. "Rumah ini diminta terus dijaga sampai tanggal 8 Juli dan tidak boleh ada yang masuk," kata Ajun Inspektur Satu Zainuddin dari Kepolisian Sektor Umbulharjo. Sedikitnya dua polisi akan diturunkan setiap hari mengamankan kantor TV One.
PRIBADI WICAKSONO
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Korupsi Haji | Tragedi JIS | Piala Dunia 2014
Berita terpopuler lainnya:
Buya Syafii Ngeri Lihat Kampanye Hitam ke Jokowi
Ahok Ditolak Masuk ke Masjid di Jakarta
Menteri Hidayat Usul Pajak Tas Hermes Dihapus