TEMPO.CO, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid, mengingatkan agar penetapan tahun baru Hijriah 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional tak berhenti dalam euforia seremonial kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden.
Menurut adik almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Hari Santri Nasional tidak akan bermakna pada substansi permasalahan yang dihadapi oleh pesantren bila tidak disertai program pemberdayaan terhadap pesantren.
"Jangan hanya memberi angin surga kepada pesantren. Kalau tidak ada kebijakan selanjutnya, berarti itu hanya iming-iming, hanya janji," kata Gus Sholah saat dihubungi, Selasa, 1 Juli 2014. (Baca: Dalih Fahri Mengejek Jokowi 'Sinting')
Gus Sholah, yang juga tokoh Nahdlatul Ulama, mengatakan selama hampir 70 tahun pesantren kerap diabaikan oleh pemerintah. Pesantren hanya dikunjungi saat ada momentum pemilu. Akibatnya, potensi para santri tak tersalurkan dengan baik.
Sebelumnya calon presiden dari poros PDI Perjuangan, Joko Widodo, berjanji bila terpilih menjadi presiden ketujuh periode 2014-2019, dia akan menjadikan Hari Santri Nasional. Pada setiap peringatan Hari Santri ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Hari Santri Nasional digagas oleh Agus Thoriq Darwis bin Ziyad, pengasuh Pondok Pesantren Babussalam, bersama banyak pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur sejak 2010. Gagasan itu tak pernah terwujud karena tidak ada dukungan dari pemerintah. Wacana Hari Santri Nasional semakin marak setelah politikus Partai Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah, turut mengomentarinya.
Melalui akun Twitter-nya, @fahrihamzah, Fahri berkicau: "Jokowi janji 1 Muharram hari Santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!" Kicauan Fahri yang bernada hinaan terhadap Jokowi itu mendapat reaksi dari banyak pihak. Seperti yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘sinting’ memiliki arti, pikiran yang tidak beres.
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
19 Februari 2024
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.