Sejumlah pengendara melintas di dekat poster dukungan capres terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat (12/3). Maraknya poster dukungan capres bagi Jokowi tersebut terkait elektabilitasnya yang cukup tinggi dalam bursa capres berdasarkan sejumlah survei. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
TEMPO.CO, Jakarta -- Direktur Lembaga Survei Indonesia Kuskrido Ambardi mengatakan bahwa lembaga-lembaga survei yang memiliki hasil sigi jauh berbeda dengan lembaga lainnya pasti melakukan kesalahan.
"Responden mereka perlu dipertanyakan dan diusut tuntas," kata Kuskrido saat dihubungi Tempo pada Jumat, 20 Juni 2014.
Menurut Dodi, begitu Kuskrido biasa disapa, hasil beberapa survei dengan tema yang sama mestinya tak jauh berbeda. Jika perbedaan hasilnya mencolok, biasanya organisasi perkumpulan lembaga survei akan membuat forum untuk menyelesaikannya. Organisasi mengundang lembaga tersebut untuk melakukan presentasi hasil survei beserta proses penggalian datanya, kuesionernya, dan quality control-nya. "Setelah itu, kami putuskan apakah mereka layak merilis hasil survei atau tidak," ucapnya.
Persoalannya, ujar Dodi, lantaran padatnya kegiatan lembaga survei, forum klarifikasi untuk lembaga survei yang dinilai bermasalah belum pernah diadakan. "Mungkin setelah kampanye pilpres." Itu sebabnya Dodi meminta masyarakat jeli melihat reputasi lembaga survei yang merilis hasil mereka.