Sinta Nuriyah: Kampanye Negatif Merusak Demokrasi
Editor
Anton William
Minggu, 1 Juni 2014 04:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Istri mantan presiden Abdurrahmah Wahid alias Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, mengimbau tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menghindari kampanye hitam dan kampanye negatif. Menurut Nuriyah, metode jenis ini akan menimbulkan konflik di kalangan bawah.
"Menghindari perpecahan bangsa yang biasanya dimulai dari tataran grassroot (akar rumput)," kata Nuriyah di kediamannya di Jalan Warung Silah Nomor 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, setelah menerima kedatangan Hatta Rajasa, Sabtu, 31 Mei 2014.
Nuriyah berpendapat, kampanye hitam bukan cara berdemokrasi yang baik. Dia malah menilai kampanye yang menebar kebohongan justru merusak tatanan demokrasi. Bangsa Indonesia, ujar dia, akan menuju kehancuran jika kampanye hitam terus terjadi.
Lingkaran Survei Indonesia dua pekan lalu menyatakan kampanye dengan nada memojokkan berpotensi menggerus elektabilitas dua calon presiden, yakni Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto. Peneliti dari LSI, Ardian Sopa, mengatakan Jokowi dan Prabowo hingga saat ini belum menciptakan opini positif terhadap isu negatif yang menerpa mereka. Masyarakat, kata Ardian, akhirnya tidak mengetahui secara utuh pokok permasalahan isu negatif itu. "Harusnya, mereka menjelaskannya secara tuntas kepada masyarakat," tuturnya.
Menurut Ardian, isu negatif yang menerpa Jokowi di antaranya yang menyebutnya sebagai calon presiden boneka Megawati Soekarnoputri dan cenderung tunduk pada asing. Jokowi juga dianggap berbohong karena tidak menepati janjinya sebagai Gubernur DKI Jakarta selama satu periode hingga 2017. Kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta dan pengabaian terhadap kepentingan mayoritas muslim juga turun menghantam elektabilitas Gubernur DKI Jakarta itu. (Baca juga: Jokowi Ungguli Prabowo di Semua Kantong Massa)
Adapun Prabowo, berdasarkan sigi itu, dihadang kasus pelanggaran hak asasi manusia berupa penculikan aktivis pada 1998, tidak harmonisnya keluarga, perilaku temperamental dan suka menggunakan kekerasan, serta dinilai tidak sukses karena perusahaannya rugi dan memiliki banyak utang. (Baca juga: Seperti Jokowi, Prabowo Akan Bangun Tol Laut)
AMRI MAHBUB
Terpopuler
Jaksa: Kumpulkan Harta, Anas Ingin Jadi Presiden
Anggito Abimanyu Mundur dari Jabatan Dirjen Haji
Gunung Sangeang di Bima Meletus