Para Capres Takut Bicara Soal Subsidi BBM  

Jumat, 30 Mei 2014 07:38 WIB

Pengendara mobil mengantre bahan bakar di SPBU Pertamina. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan para calon presiden tak punya visi dan misi di bidang subsidi bahan bakar minyak (BBM) karena takut dianggap tak populis. Padahal, secara rasional subsidi BBM memang harus dihapus atau dikurangi. Namun, calon presiden tak berani mengatakannya.

"Karena pencabutan subsidi BBM ini paling seksi dan kontroversi. Tidak populis, makanya dihindari," kata Enny saat dihubungi, Kamis malam, 29 Mei 2014. (Baca: Pengamat:Visi Misi Capres-Cawapres Ambigu)

Enny menyayangkan kedua calon presiden, baik Joko Widodo ataupun Prabowo Subianto, sama sekali tak menyentuh isu pengurangan atau penghapusan subsidi BBM. Padahal, isu ini menjadi penilaian utama masyarakat karena sudah sangat kritis. Publik pun akan langsung mempertanyakan pencabutan subsidi itu bakal dialihkan ke pos mana.

Dalam dokumen visi misi calon presiden yang sudah diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum beberapa waktu lalu, Joko Widodo hanya mencantumkan visi energi dengan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan revisi undang-undang perminyakan serta gas bumi. Di lain pihak, Prabowo Subianto berupaya akan membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi dan air dengan kapasitas 10 ribu megawatt.

Enny mempertanyakan visi energi Jokowi-JK itu yang dinilai tak mendetail. "Jokowi-JK memang pernah mengatakan soal konversi ke gas alam. Tapi sama sekali tak menyinggung soal subsidi. Bagaimana caranya?" tuturnya. (Baca: BBM Subsidi di Timor Leste Laku Rp 10-15 Ribu)

Sebelumnya, Prabowo Subianto berjanji bakal mencabut subsidi BBM jika dirinya menjadi presiden. Musababnya, dengan mencabut subsidi justru bisa melindungi orang miskin. Namun, ia tak menjelaskan sektor apa yang menjadi realokasi dari subsidi BBM tersebut.

KHAIRUL ANAM

Berita terpopuler:
Didit Hediprasetyo, Putra Prabowo yang Mendunia
Kivlan Zein Ancam Adukan Komnas HAM ke Ombudsman
Cadbury Berbabi, Muslim Indonesia Diminta Waspada
Dukung Jokowi-JK, Solihin: Ingin Pemerintah Bersih

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

13 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

44 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

45 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

45 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

45 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

45 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

58 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

59 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

6 Maret 2024

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya