TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan elektabilitas calon presiden dari partainya, Aburizal Bakrie, yang berada di bawah calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo, dan calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, merupakan kenyataan pahit bagi Partai Golkar.
"Ini menyakitkan bagi kami," kata Tantowi dalam sebuah diskusi di Universitas Bakrie, Jakarta, Kamis, 8 Mei 2014. "Bahasa Jawa-nya, wis entek-entekan, tapi urutannya begitu terus."
Menurut Tantowi, tingkat keterpilihan atau elektabilitas tokoh sangat penting dalam pemilihan presiden Juli mendatang. Sebab, pemilu presiden berbeda dengan pemilu legislatif, yang menempatkan Golkar di posisi dua setelah PDI Perjuangan menurut hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei. "Ini kan game yang lain. Dalam pileg orang memilih caleg dan parpol. Sedangkan dalam pilpres orang memilih orang."
Menyadari kenyataan elektabilitas Ical--panggilan akrab Aburizal Bakrie--kata Tantowi, partainya memunculkan dua skenario untuk menghadapi pemilu presiden.
Pertama, bergabung dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo. Artinya, Golkar menurunkan posisi tawar dengan mengusung calon wakil presiden. "Kenapa tidak dengan Jokowi? Karena kami tidak pernah ditawari berkoalisi," ujar Tantowi, sambil tertawa.
Adapun skenario kedua adalah tetap mengusung Ical sebagai calon presiden dengan peluang menang yang kecil. "Berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, kemungkinan kami menang kecil dengan cara ini," ucap Tantowi.
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.