Aburizal Bakrie dan Olivia Zalianty. kelakuanicalbakrie.wordpress.com
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting, Sirojudin Abbas, menyatakan lemahnya elektabilitas calon presiden dari Partai Golkar, Aburizal Bakrie, ketimbang calon lain disebabkan keputusan memilihnya sebagai calon presiden tidak mencerminkan keinginan konstituen Golkar.
Hal itu dia sampaikan saat pemaparan hasil simulasi survei lembaga penelitian itu di Jakarta, Ahad, 4 Mei 2014.
Pemilihan Ical, sapaan akrab Aburizal, menurut Sirojudin lebih didasarkan pada kepentingan elite Golkar. Penyebab lainnya, sambung Sirojudin, pemilih Golkar kebanyakan tidak memilih Aburizal. Sebanyak 38 persen responden Golkar memilih Jokowi dan 27 persen Prabowo. "Adapun Ical hanya 23 persen saja," katanya.
Tren simulasi elektabilitas Aburizal tidak hanya rendah, lanjut Sirojudin, tetapi juga terus mengalami penurunan dan semakin melemah pada 2014. Survei elektabilitas Ical pada Desember 2013 itu sebesar 13 persen, tetapi Februari dan Maret 2014 turun 11 persen. Angkanya terjun bebas pada April 2014 menjadi 9 persen, jelasnya.
Tak seperti calon presiden lainnya, Jokowi dan Prabowo, calon wakil presiden yang digadang untuk Ical juga tak mampu memberi efek positif. Sirojudin mencontohkan Wiranto yang hanya mampu mengangkat elektabilitas Ical menjadi 12 persen. (Baca juga: Tiga Lembaga Survei Paparkan Elektabilitas Ical)
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Rizal Mallarangeng yang hadir dalam pemaparan survei itu tak membantah lemahnya elektabilitas Ical.
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.