Ketua Umum yang juga calon presiden Partai Golkar, Aburizal Bakrie berjabat tangan dengan Ketua Dewan Pembina dan calon presiden Partai Gerindra, Prabowo Subianto usai melakukan pertemuan tertutup di kediaman Aburizal Bakrie di Jl. Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/4). Pertemuan tersebut dilakukan untuk menjajaki kemungkinan koalisi antara partai Golkar dan Gerindra pada pilpres mendatang. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Golkar lebih memilih berkoalisi dengan Partai Gerindra ketimbang menjalin kerja sama dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pilihan untuk tidak berkoalisi dengan PDIP disampaikan secara implisit oleh Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie usai bertemu dengan Prabowo Subianto.
Sebelumnya, calon presiden PDIP Joko Widodo mengatakan lebih memilih untuk membangun koalisi ramping. Jokowi beralasan partainya memiliki pengalaman dengan koalisi kecil. Dia mencontohkan koalisi yang dibangun di DKI Jakarta dan Jawa Tengah sudah teruji. Jokowi mengingatkan partai yang hendak bergabung untuk berkoalisi hendaknya tak meminta jatah kursi menteri atau calon wakil presiden. (Baca: Suara No.2, Golkar Terancam Tertinggal Koalisi)
Aburizal mengatakan jamuan makan dengan Prabowo tak membicarakan mengenai siapa yang akan sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Selain itu, pembicaraan juga belum mengarah pada pembagian kekuasaan. Aburizal mengklaim keduanya hanya berbicara mengenai idealisme dalam membangun bangsa. "Sekarang sudah baik, tentu kami akan lebih baik lagi."
Aburizal mengingatkan demokrasi Pancasila yang dianut Indonesia tak mengenal istilah oposisi, melainkan di dalam atau di luar pemerintahan. Menurut dia, yang berada di dalam sistem berhak melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Namun, partai yang berada di luar pemerintahan juga bisa menerima kebijakan yang baik. "Tidak boleh menjatuhkan," kata dia.