Pasar Obligasi Terpengaruh Pemilu  

Reporter

Minggu, 13 April 2014 07:55 WIB

Refleksi karyawan memantau pergerakan pasar uang dan obligasi di Global Market Permata Bank, Jakarta, Selasa (10/1). ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Ikatan Alumni Certified Securities Analyst, Reza Priyambada, mengatakan pergerakan pasar obligasi terpengaruh pemilihan umum legistlasi 2014. Pemilu yang seharusnya hanya berlangsung pada ranah politik, ternyata juga berimbas kepada yield perdagangan obligasi.

“Di pasar obligasi, yield SUN bertenor 10 tahun sempat naik 3,7 basis poin menjadi 7,87 persen,” katanya dalam analisanya Minggu, 13 April 2014.

Sejalan dengan itu, rupiah turut melemah dan memberikan imbas negatif tambahan pada pasar obligasi. Pasar sebelumnya berekspektasi PDIP, sebagai salah satu partai nasional yang mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden, akan mendulang suara paling tidak 25-27 persen sesuai prediksi beberapa lembaga survei.

Kenyataannya, dalam quick count, meski unggul PDIP hanya menghimpun 19,8 persen suara yang mengharuskan koalisi dengan partai lain untuk dapat mengajukan kandidat pasangan presiden-wakil presiden dalam pilpres Juli nanti.

Tidak tercapainya target dan timbulnya ketidakpastian politik serta belum jelasnya koalisi yang akan dibentuk membuat kondisi pasar menjadi limbung. Pelaku pasar pun memilih untuk mengamankan posisi dan cenderung wait and see sembari trading obligasi jangka pendek.

Ternyata pasca-dirilis BI rate yang tetap di level 7,5 persen, laju nilai tukar rupiah justru melemah berbarengan dengan melemahnya sejumlah mata uang Asia, terutama Yuan seiring dengan adanya potensi perlambatan di Cina.

Rupiah masih melanjutkan aksi jual setelah menguat dalam beberapa hari sebelumnya. Oversubscribe lelang SBSN belum mampu mengangkat nilai tukar rupiah. Bahkan, rilis hasil sementara quick count pemilu legislatif direspon negatif.

Aksi jual pun kian tak terbendung. Padahal saat itu terdapat sentimen positif dari pertumbuhan kredit perbankan sebesar 20-21 persen, namun di akhir pekan, aksi jual masih terjadi sehingga rupiah masih melemah.

Lelang sukuk negara perdana pada pekan kemarin mendapat respons yang sangat positif dan kebetulan diadakan sebelum pemilu legislatif, sehingga masih ada sentimen positif yang mewarnainya. Dari empat seri sukuk yang ditawarkan, pemerintah menyerap Rp 1,56 triliun atau sedikit melebihi target indikatif.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp 3,57 triliun atau kelebihan permintaan sebanyak dua kali lipat dari target indikatif sebesar Rp 1,5 triliun. Pemerintah yang semula menargetkan penerbitan sukuk Rp 1,5 triliun akhirnya menyerap dana sebesar Rp 1,56 triliun.

ANANDA PUTRI

Berita lain:
KPK: Anas Terancam Hukuman Berat
Anas Minta SBY dan Ibas Jadi Saksi
Ini Pola Baru Penggalangan Dana Teroris
Dubes AS Kunjungi KPK, Ada Masalah Apa?

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

37 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya