Konvensi Demokrat: Bubar, Tidak, Bubar, Tidak...

Reporter

Jumat, 11 April 2014 11:07 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) selaku Ketua Umum Partai Demokrat berfoto bersama dengan peserta Konvensi Capres Partai Demokrat saat Debat Bernegara di Bogor, Jabar (3/3). Debat bernegara kali ini mengusung tema Hubungan Internasional dan Kesejahteraan Rakyat. ANTARA/pras

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil pemilu legislatif 9 April lalu mengubah peta politik nasional dan sikap petinggi partai-partai peserta pemilu. Walaupun perolehan suara resmi belum diumumkan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum, sejumlah peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat menilai konvensi ini lebih baik dihentikan karena suara Demokrat jeblok. Adapun peserta lain menyatakan konvensi harus jalan terus.

Peserta konvensi yang juga Wakil Ketua Majelis Tinggi Demokrat, Marzuki Alie, mengusulkan konvensi dihentikan saja dan peserta yang berpeluang menang lebih baik dicalonkan sebagai wakil presiden partai lain. “Posisi Demokrat agak susah untuk melanjutkan konvensi. Pencalonan lebih baik dikembalikan ke Majelis Tinggi,” kata Marzuki dalam diskusi di Jakarta, Kamis, 10 April 2014. (baca juga: Dahlan Sebut Konvensi Demokrat Sudah Tak Relevan)

Hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan Demokrat berada pada posisi keempat dengan perolehan suara 9-10 persen. Raihan itu menyebabkan pemenang Pemilu 2009 itu sulit mengajukan calon presiden sendiri, kecuali berkoalisi dengan partai lain. Undang-Undang Pemilihan Presiden mewajibkan calon presiden-wakil presiden diusung oleh partai atau gabungan partai yang memperoleh 20 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat atau 25 persen suara nasional. (Baca: Hasil Lengkap Hitung Cepat Pemilu 4 Lembaga Survei)

Menurut Marzuki, kewenangan soal calon yang akan diajukan Demokrat lebih baik dikembalikan ke Majelis Tinggi yang diketuai Susilo Bambang Yudhoyono. Marzuki belum bisa memastikan partai yang akan diajak berkoalisi. “Koalisi juga diperhitungkan untuk menang,” kata Ketua DPR ini.

Peserta lain, Dahlan Iskan, juga menilai konvensi lebih baik dihentikan. “Hasilnya sudah ketahuan seperti itu, kok,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara ini kepada Tempo saat keluar dari gedung Metro TV, Jakarta Barat, Rabu, 9 April 2014.

Menurut Dahlan, ajang pencarian sosok capres dari partai biru itu sudah tak relevan setelah Demokrat hanya memperoleh suara di urutan keempat. Dahlan yakni hasil pemilu sudah tak mendukung Demokrat untuk mengajukan pemenang konvensi sebagai calon presiden. Dahlan enggan berkomentar banyak saat ditanya ihwal langkah dia selanjutnya. Politikus Demokrat ini hanya melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil. "Yooo...," katanya.

Tak semua peserta setuju konvensi dihentikan di tengah jalan. Rektor Universitas Paramadina yang juga peserta konvensi, Anies Baswedan, menilai konvensi masih relevan. Menurut dia, suara Demokrat tak anjlok. “Jadi, jangan buru-buru melempar handuk putih,” katanya, 10 April 2014.

Anies menilai SBY, yang masih menjadi presiden, bisa memanggil petinggi partai lain untuk mengajak berkoalisi. Ketua Umum Demokrat yang masih memimpin pemerintahan dianggap Anies menjadi keuntungan untuk partainya. Menurut Anis, Demokrat tak terkunci dengan capres, bahkan memiliki 11 bakal capres. "Dan jangan lupa Demokrat punya pengalaman berkoalisi," kata Anies.

Suara Demokrat yang berkisar 9 persen, menurut Anies, itu justru jauh di atas prediksi. "Semula, diprediksi hanya 6 persen," ujar dia. (Baca juga: Apa Sebab Suara Demokrat dan PKS Jeblok).

Anis pun masih percaya diri bisa memenangi konvensi. Anies pun mengklaim sanggup melawan calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, yang memiliki elektabilitas tertinggi di antara semua calon presiden. Tanpa figur baru, kata Anies, calon presiden bakal sulit bersaing dengan Jokowi. (Baca: Demokrat Yakin SBY Jadi King Maker Koalisi)

Menanggapi pro-kontra kelanjutan konvensi, anggota Komite Konvensi Demokrat Putu Suasta membantah hasil pemilu legislatif dari penghitungan cepat membuat loyo para peserta konvensi. Menurut dia, justru para peserta konvensi menyarankan partai untuk semakin gencar bekerja. "Misalnya, Irman Gusman dan Anis Baswedan justru memberi dorongan supaya Demokrat maju terus," kata Putu melalui pesan pendek, Kamis, 10 April 2014.

Menurut Putu, dua periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memperkaya pengalaman Demokrat mengelola koalisi berbeda sehingga tak perlu mengkhawatirkan suara Demokrat diprediksi anjlok. "Sekarang saatnya menjalin komunikasi dengan partai yang berbeda. Stok pimpinan di konvensi sangat bagus untuk mengelola pemerintahan," kata Putu.

Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Ramadhan Pohan bahkan yakin partainya masih berpeluang mengajukan calon presiden kendati perolehan suara mereka jauh di bawah presidential threshold. Syaratnya, Demokrat menggalang koalisi dengan partai-partai menengah. Menurut dia, pernyataan SBY usai hitung cepat sudah jelas.

“Kami siap berkoalisi ke atas atau berkoalisi ke tengah-bawah. Memang pilihannya cuma itu. Kami nggak mungkin sendiri,” katanya saat dihubungi, Kamis, 10 April 2014.

Menurut Ramadhan, tiga partai besar berdasarkan hitung cepat pemilihan legislatif yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar, dan Gerindra, sudah pasti mengajukan calon presiden mereka. Jika ingin berkoalisi dengan salah satunya, kata Ramadhan, otomatis Demokrat hanya punya slot sebagai calon wakil presiden. “Sementara konvensi kami itu kan menyiapkan calon presiden, bukan calon wakil presiden,” katanya.

Demokrat rupanya juga menyiapkan strategi lain. Sumber Tempo di Demokrat sebelumnya menyatakan partainya sedang mempertimbangkan empat tokoh yang akan diajukan sebagai calon presiden. Dua tokoh merupakan peserta Konvensi berinisial D dan A, dan sisanya dari luar peserta dengan inisial S dan D. Kemungkinan besar, mereka adalah Dahlan dan Anies; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto; serta mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Juru bicara Demokrat, Rachland Nasidik, tak membenarkan ataupun membantah informasi tersebut.

Sekretaris Panitia Konvensi Demokrat, Suaidi Marasabessy, pada akhir Maret lalu mengatakan partainya belum tentu menetapkan pemenang konvensi sebagai calon presiden. Apalagi jika Demokrat harus berkoalisi dengan partai lain. Ada kemungkinan Demokrat hanya mengajukan calon wakil presiden. Jika hanya mengajukan calon wakil presiden, kewenangan memutuskannya berada di tangan Majelis Tinggi Demokrat. “Semua opsi harus dihitung dan Majelis Tinggi tentu sudah siapkan semua.”

Menurut Suaidi, sebelas peserta konvensi telah mengetahui skenario tersebut. Panitia konvensi telah menjelaskan kepada peserta bahwa konvensi hanya untuk mengusung calon presiden bila Demokrat mampu mendulang 25 persen suara nasional. “Semua sudah ada dalam tata tertib konvensi.”

WAYAN AGUS PURNOMO | AMRI MAHBUB | MUHAMAD RIZKI | IRA GUSLINA SUFA | PRAM | KHAIRUL ANAM | HASIM

Berita Terpopuler
Ruhut: Demokrat Boleh Kalah, Jet RI 1 Tetap Biru
Punya Pesawat Mirip RI, Presiden Ini Terjungkal
Menang Pemilu, Berapa Kursi PDIP di DPR?
Ini Jurus Jokowi Membangun Koalisi untuk Nyapres
















Advertising
Advertising




Berita terkait

Kalah dari AHY, Ini Jejak Pendidikan dan Karier Moeldoko Alumnus FISIP UI

10 Agustus 2023

Kalah dari AHY, Ini Jejak Pendidikan dan Karier Moeldoko Alumnus FISIP UI

rekam jejak karier dan pendidikan Moeldoko yang selalu kalah melawan kubu AHY soal pengajuan gugatan kepengurusan Partai Demokrat

Baca Selengkapnya

Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal

13 April 2023

Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal

Agama tidak hanya hadir sebagai ritualitas pada individu, akan tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas

Baca Selengkapnya

Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu, Jembatan Terpanjang di Indonesia

16 Januari 2023

Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu, Jembatan Terpanjang di Indonesia

Selain salah satu ikon Jawa Timur, Jembatan Suramadu juga menyambungkan hidup antara dua pulau. Simak sejarah singkat berdirinya jembatan tersebut.

Baca Selengkapnya

3 Minggu Berdiam di Studionya, SBY Hasilkan 17 Lukisan

11 Oktober 2022

3 Minggu Berdiam di Studionya, SBY Hasilkan 17 Lukisan

SBY mengungkapkan dengan melukis dapat mendatangkan kedamaian dalam hatinya sekaligus berharap dapat mengobati rasa rindu.

Baca Selengkapnya

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

22 September 2022

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

Mengapa Suciwati kecewa cara penyelesaikan kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM berat lain di era Jokowi?

Baca Selengkapnya

Proliga 2022: Begini Kata SBY Usai Saksikan Bogor LavAni Kalahkan Kudus Sukun

8 Januari 2022

Proliga 2022: Begini Kata SBY Usai Saksikan Bogor LavAni Kalahkan Kudus Sukun

SBY ikut menyaksikan kemennagan Bogor LavAni atas Kudus Sukun Badak dalam laga Proliga 2022 di Sentul, Sabtu, 8 Januari.

Baca Selengkapnya

Proliga 2022: Didirikan SBY, Bogor LavAni Diperkuat Banyak Pemain Binaan Sendiri

6 Januari 2022

Proliga 2022: Didirikan SBY, Bogor LavAni Diperkuat Banyak Pemain Binaan Sendiri

Bogor LavAni, yang didirikan SBY, bakal melakukan debut dalam kompetisi bola voli paling bergengsi PLN Mobile Proliga 2022.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Saja Gejala Kanker Prostat

2 November 2021

Ketahui Apa Saja Gejala Kanker Prostat

Kanker prostat menyasar pria dewasa sampai berusia lanjut. Apa saja gejala kanker prostat?

Baca Selengkapnya

Kanker Prostat Adalah Populer Sejak Muncul Kabar SBY Akan Berobat ke Luar Negeri

2 November 2021

Kanker Prostat Adalah Populer Sejak Muncul Kabar SBY Akan Berobat ke Luar Negeri

Sejak tersiar kabar Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengidap kanker prostat, masyarakat mencari tahu kanker prostat adalah.

Baca Selengkapnya

Jelang Pilpres 2024, Beberapa Parpol Ini Potensial Jadi Rumah Ridwan Kamil

7 Oktober 2021

Jelang Pilpres 2024, Beberapa Parpol Ini Potensial Jadi Rumah Ridwan Kamil

Moncernya karier dan tingginya popularitas Ridwan membuat sejumlah partai mendekatinya. Berikut jejak kedekatan Ridwan Kamil dan sejumlah parpol

Baca Selengkapnya