Massa yang tergabung dalam Gerakan stop Politisasi Jokowi (Ger stop pol Jokowi) melakukan gerakan dukungan kepada Jokowi di Balai kota, Jakarta, (04/04). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat menganggap calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo alias Jokowi, bereaksi berlebihan dalam menanggapi kritik dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Jokowi tidak perlu sensitif,” kata juru bicara Demokrat, Rachlan Nashidik, kepada Tempo pada Selasa, 8 April 2014.
Menurut Rachlan, SBY bermaksud mengingatkan Gubernur DKI Jakarta itu agar mendengar aspirasi rakyat. Permintaan itu, ia meneruskan, tak bisa hanya dijawab seadanya. “Misalnya, dijawab dengan, 'Itu urusan gue' seperti saat Jokowi menolak saran agar mundur dari jabatan Gubernur DKI bila mau nyapres,” tuturnya.
Mantan Direktur Eksekutif The Indonesian Human Rights Monitor (Imparsial) ini pun meminta masukan dari SBY tadi dianggap sebagai saran bersahabat dari seorang senior.
Sebelumnya, Jokowi melancarkan pernyataan pedas menanggapi komentar SBY. Ia menegaskan bahwa dirinya tak bisa didikte, seperti yang disampaikan SBY di laman Sekretariat Negara. "Yang mendikte saya itu siapa? Kenapa mesti mendikte saya? Apa saya model orang yang gampang didikte? Selama ini saat di DKI atau selama menjadi wali kota, apa saya orang yang gampang didikte?" kata Jokowi di Balai Kota pada Senin, 7 April 2014.
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
19 Februari 2024
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.
4 Petinggi NasDem Bakal Dampingi Surya Paloh dalam Pertemuan dengan Prabowo di Hambalang
5 Maret 2023
4 Petinggi NasDem Bakal Dampingi Surya Paloh dalam Pertemuan dengan Prabowo di Hambalang
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pagi ini akan bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Kabupaten Bogor