Sowan Kiai Tak lagi Efektif Dongkrak Suara  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Rabu, 2 April 2014 07:51 WIB

KH Abdullah Faqih (kiri), KH Fachruddin Mastura, KH Munasir saat pertemuan kiai-kiai Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Forum Langitan di pesantren Langitan, Tuban , Jawa Timur tahun 1999. TEMPO/ Jalil Hakim

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Abdul Gaffar Karim, mengatakan para calon presiden dan calon anggota legislatif sowan ke kiai untuk membuat jalan pintas kepada konstituennya. Musababnya, selama ini kebanyakan calon tak terjun langsung dalam kehidupan konstituen.

"Kiai-lah yang menjadi penghubung antara calon legislator atau presiden dan pemilih," kata Gaffar saat dihubungi, Selasa, 1 April 2014. Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama ini menilai cara para petinggi partai dan kandidat sowan ke pesantren tidaklah efektif. Peran kiai, kata dia, kini tak sesakral dulu. "Kajian mutakhir menyebutkan, terhadap pilihan politik, santri tak lagi bergantung pada kiai."

Berbeda, Zannuba Ariffah Chafsoh menganggap masih ada potensi mendulang suara di kantong-kantong NU itu. Yenny Wahid, begitu dia kerap disapa, mengatakan akses media dan preferensi, khususnya untuk pesantren salafi, masih lemah. Dengan demikian, banyak santri menyerahkan pilihannya ke kiai. "Yowis, opo sendiko kiai mawon (ya sudah, apa kata kiai saja)," kata putri Presiden Indonesia yang keempat, Abdurrahman Wahid.

Menurut dia, kampanye calon legislator di pesantren akan lebih efektif ketimbang pilihan presiden. Musababnya, para santri jarang melihat caleg di media. "Berbeda dengan calon presiden. Yang ini, santri lebih sulit diarahkan," katanya.

Kiai, kata dia, pasti akan menerima siapa pun calon legislator, petinggi partai, dan presiden yang datang ke kediamannya. "Namanya juga tamu, pasti minta doa," katanya. Namun tak sampai di situ. "Minta dukungan ke kiai itu otomatis."

Yenny juga tak menutup kemungkinan adanya politik transaksional antara kiai dan calon. "Ini stigma negatif dari segelintir saja," dia mengungkapkan. Di beberapa pesantren, kata dia, memang menjadi fenomena, seusai pemilihan kepala daerah, kiai tiba-tiba memiliki mobil mewah baru.

Yang lebih banyak adalah pola-pola perjanjian jika calon yang didukung terpilih pesantren lalu menagih komitmennya. Baginya, pola ini wajar dan tak hanya bagi kiai. "Ini kan namanya aspirasi, bukan transaksional," katanya.

MUHAMMAD MUHYIDDIN

Topik terhangat:
MH370 | Kampanye 2014 | Jokowi | Prabowo | Dokter TNI AU

Berita terpopuler lainnya:
3 Insiden Ini Bikin Heboh Saat SBY Berkampanye
PPATK Kritik Cara KPK Tangani Adik Ratu Atut
Telat Ngantor, Jokowi: Pemimpin Kok Diabsen
Kata Ahok Soal Sumbangan Rp 60 M Prabowo di Pilgub

Berita terkait

Angka Keramat Nawacita

28 April 2015

Angka Keramat Nawacita

Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.

Baca Selengkapnya

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

17 Desember 2014

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

5 Agustus 2014

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut

Baca Selengkapnya

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

9 Juli 2014

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.

Baca Selengkapnya

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

8 Juli 2014

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.

Baca Selengkapnya

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

6 Juli 2014

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.

Baca Selengkapnya

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

5 Juli 2014

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.

Baca Selengkapnya

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

5 Juli 2014

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.

Baca Selengkapnya

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

5 Juli 2014

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.

Baca Selengkapnya

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

5 Juli 2014

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.

Baca Selengkapnya