Anggota Koalisi Ingin Pemilu Serentak 2014

Reporter

Senin, 27 Januari 2014 06:57 WIB

Saksi ahli Effendi Gazali (dua kiri) bersama Hamdi Muluk ( kanan) saat berikan penjelasan usai mendengarkan pembacaan sidang keputusan PilPres di Mahkamah Konstitusi, Jakarta (23/01) Dalam sidang tersebut Mahkamah Konstitusi memutuskan Pemilu 2019 dilaksanakan serentak antara pileg dan pilpres. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemilu Serentak, Hamdi Muluk, mengatakan tidak terlalu puas dengan amar putusan Mahkamah Konstitusi terkait Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Putusan ini membuat pemilihan presiden dan wakil presiden dilangsungkan bersamaan dengan pemilihan legislatif. Putusan pemilu serentak mulai berlaku sejak 2019. "Sesungguhnya, kami tidak memaksudkan ini untuk berlaku pada 2019, melainkan 2014," ujar Hamdi ketika dihubungi Tempo, Ahad, 26 Januari 2014.

Menurut Hamdi, gugatan ini sudah dimasukkan sejak Januari 2013 dengan pertimbangan putusannya bisa keluar paling lama April 2013, sehingga masih ada cukup waktu untuk mempersiapkan pemilu serentak pada 2014. "Alasan MK tidak ingin menganggu pemilu itu tidak valid," kata dia.

Sebelumnya, hakim konstitusi Patrialis Akbar mengatakan dalam putusannya bahwa MK tidak bisa menutup mata atas keberlangsungan sistem ketatanegaraan. Karena itu, menurut dia, agenda nasional yang diprogram, seperti pemilu, tidak boleh terganggu.

Dia mengatakan jika putusan pemilu serentak diterapkan tahun ini, bukan tidak mungkin MK bakal dipersalahkan. "MK ini akan jadi sasaran tembak sebagai lembaga pengacau negara," ucap Patrialis.

Sebab, kata dia, jika pemilu mesti dilakukan serentak, perlu proses yang lama untuk membuat regulasi baru sesuai putusan. Juga persiapan infrastruktur, biaya, dan sejumlah masalah lainnya. "Tidak mudah itu disiapkan dalam waktu singkat," ujar Patrialis. Menurut Patrialis, MK mesti mengutamakan kepentingan negara dari segalanya.

TIKA


Baca juga:
Pemilu Serentak, MK Tak Boleh Timbulkan Spekulasi
KPI Sahkan Aturan Iklan Kampanye Politik
Kala Butet Memancing Ahok: Mau Jadi RI 1?
Butet Puji Ahok Cocok Pimpin Indonesia

Berita terkait

Kubu Rachmawati Baru Tahu MA Unggah Hasil Uji Materi Pilpres

7 Juli 2020

Kubu Rachmawati Baru Tahu MA Unggah Hasil Uji Materi Pilpres

Kubu Rachmawati terkejut lantaran uji materi Pilpres ditindaklanjuti oleh MA. "Kami pikir pada saat itu nothing to lose," kata seorang penggugat.

Baca Selengkapnya

Legal Standing Perindo di Gugatan Jabatan Cawapres Dipertanyakan

6 Agustus 2018

Legal Standing Perindo di Gugatan Jabatan Cawapres Dipertanyakan

Perindo belum mempunyai kursi di parlemen.

Baca Selengkapnya

Pakar: Perindo Tak Punya Legal Standing Gugat Masa Jabatan Wapres

27 Juli 2018

Pakar: Perindo Tak Punya Legal Standing Gugat Masa Jabatan Wapres

Gugatan Perindo diperkirakan bakal ditolak MK.

Baca Selengkapnya

Presidential Threshold 20 Persen, Pengamat: Jokowi Tidak Pede

1 November 2017

Presidential Threshold 20 Persen, Pengamat: Jokowi Tidak Pede

Kebijakan presidential threshold 20 persen kursi parlemen dan 25 persen suara nasional akan membatasi jumlah calon presiden di Pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Pernah Gagal, Yusril Berharap Uji Materi UU Pemilu Dikabulkan

5 September 2017

Pernah Gagal, Yusril Berharap Uji Materi UU Pemilu Dikabulkan

Setelah gagal 4 kali, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra kembali mengajukan uji materi terhadap UU Pemilu.

Baca Selengkapnya

Yusril Ihza Mahendra: PBB Uji Materi Pasal Presidential Threshold

5 September 2017

Yusril Ihza Mahendra: PBB Uji Materi Pasal Presidential Threshold

Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra dan Sekjen PBB Afriansyah Noor mengajukan uji materi Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu ke MK.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Bantah Akan Kembalikan Pilpres ke MPR  

10 Oktober 2014

Zulkifli Bantah Akan Kembalikan Pilpres ke MPR  

Kata Zulkifli Hasan, MPR memang pernah berkuasa memilih dan memberhentikan presiden.

Baca Selengkapnya

Eks Hakim MK: Presiden Pilihan MPR Bakal Diktator

1 Oktober 2014

Eks Hakim MK: Presiden Pilihan MPR Bakal Diktator

Jika pilpres kembali ke MPR, akan melahirkan diktator baru lagi.

Baca Selengkapnya

Kasus Obor Rakyat Tinggal Tunggu Keterangan Jokowi

24 Agustus 2014

Kasus Obor Rakyat Tinggal Tunggu Keterangan Jokowi

Saat Jokowi siap, ya, langsung dilakukan berita acara
pemeriksaan.

Baca Selengkapnya

Relawan Prabowo dari Bandung Siap Kepung MK Besok  

20 Agustus 2014

Relawan Prabowo dari Bandung Siap Kepung MK Besok  

"Kami menginstruksikan supaya tidak ada yang membawa senjata tajam. Tapi kalau orang dorong, ya, kita dorong lagi."

Baca Selengkapnya