Melihat Budi Daya Anggrek Papua yang Diekspor ke Thailand

Videografer

Editor

Minggu, 9 April 2017 00:00 WIB

Iklan
image-banner
TEMPO.CO, Mojokerto: Usaha budi daya atau pembibitan bunga anggrek memang menjanjikan. Seperti yang dilakukan Hadi Lesmana, pemuda berusia 25 tahun. Dengan belajar dari buku dan internet, pemuda asal Sidoarjo, Jawa Timur, ini mampu menghasilkan omzet Rp5-10 juta per bulan. Merawat anggrek yang semula hanya untuk hobi, kini dikembangkan jadi bisnis. Bahkan bibit tanaman anggrek yang dibudidayakan sudah diekspor sampai ke negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Hadi menyewa lahan tempat pembibitan di Kecamatan Pacet, Mojokerto, yang merupakan daerah pegunungan. Sebab pertumbuhan anggrek sangat bagus di dataran dengan tinggi lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Hadi membudidayakan segala jenis anggrek yang ada di Indonesia. Namun menurutnya, yang paling banyak diminati pasar adalah anggrek bulbophyllum yang banyak tumbuh di Papua dan Maluku. Sebab bentuknya yang unik meski tanaman dan bunganya cenderung kecil. Bentuk anggrek bulbophyllum sendiri memiliki berbagai macam bentuk tergantung jenis spesiesnya. Salah satu yang dibudidayakan Hadi adalah yang bunganya berbentuk seperti kantong atau kuncup dan memiliki lidah di bibir bunga yang dapat bergetar cepat. Hadi mengatakan rata-rata ia menjual bibit anggrek jenis ini Rp75 ribu per cup atau per gelas. Bibit anggrek ditempatkan dalam gelas plastik bekas wadah air mineral yang dipotong sebagian. Sebagai media tumbuhnya, Hadi memberi serat kayu. Sekali ekspor ke negara tetangga rata-rata berjumlah 20 cup per bulan. Dalam pemasarannya, ia menggunakan media sosial baik Facebook maupun Instagram.Jurnalis Video: IshomuddinEditor/Narator: Ridian Eka Saputra