Calon Presiden Joko Widodo menggelar kampanye di Pasar Wage dan Pasar Manis Sokaraja, 13 Juni 2014. Dalam orasinya Jokowi memperkenalkan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Tempo/Aris Andrianto
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan warga Tionghoa Yogyakarta tak mau tinggal diam dalam menyambut pemilihan umum presiden kali ini.
Tokoh Tionghoa Yogyakarta yang juga pendiri perkumpulan Bhakti Putra, Bambang Soekotjo, menuturkan warga Tionghoa di Yogya telah memiliki pilihan. Namun, sikap itu tak diwujudkan dalam bentuk deklarasi dan diketahui publik.
Bambang menuturkan dalam menghadapi pemilu presiden yang menyandingkan dua calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, warga Tionghoa memilih memanfaatkan pertemuan rutin jejaring organisasi guna berdiskusi. Khususnya soal rekam jejak capres.
"Hasilnya, dari berbagai pertimbangan, sebagian besar memilih Jokowi," kata dia.
Hasil diskusi rutin itu disebarkan pada kerabat, teman dekat, dan tetangga sehingga menguatkan dukungan untuk Jokowi. Dengan model gethok tular atau dari mulut ke mulut serta dimulai dari lingkungan terkecil.
Sebelumnya, Bambang mengakui ada sinyal imbauan dari Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) pusat untuk mengarahkan dukungan pada Prabowo setelah pertemuan dengan calon presiden koalisi Partai Gerakan Indonesia Raya itu pekan lalu. Namun, imbauan itu dinilai tak akan berpengaruh pada warga Tionghoa di akar rumput.
"Makanya kami menggelar diskusi sendiri untuk mengantisipasi jika ada klaim-klaim tertentu dari organisasi," kata dia.
Bambang menuturkan kriteria utama yang menjadi pilihan warga Tionghoa tak jauh beda dengan beberapa pihak yang mengusung Jokowi.
"Calon itu benar-benar berasal dari rakyat," kata Bambang.