TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid dikabarkan pernah mengajukan proposal senilai 7,9 M ke Jenggala Center, salah satu pos pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Proposal yang ditawarkan diberi judul "Jurus Jitu Total Football" dengan subjudul “Strategi Pencitraan dan Aksi Menang pada Pilpres RI untuk Joko W-Yusuf K Menuju Pilpres 2014.”
Salinan proposal yang disebut dari Puskaptis itu beredar luas di media sosial. Disebutkan, sebelum dikontrak tim pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa untuk menghitung cepat hasil pemilihan presiden 2014, Husin sebelumnya menawarkan proposal itu kepada tim Jokowi.
Menurut Wakil Koordinator Nasional Jenggala Center Pieter Wattimena, Husin datang ke Jenggala Center tak lama setelah posko itu dideklarasikan. “Bulan Mei kalau tidak salah,” kata Pieter.
Saat itu, kata Pieter, Husin datang bersama salah seorang karyawan Puskaptis. Ia mengaku sebagai orang pertama yang ditemui Husin dan menerima proposal itu. Husin memberikan presentasi mengenai strategi yang akan dijalankan Puskaptis. Saat itu, ia mengaku skeptis dengan presentasi Husin.
Saat melihat nominal yang dicantumkan Puskaptis pada proposal itu, ia mengaku kaget. "Dengan nominal hampir Rp 8 miliar, sudah bisa untuk mengurus Jenggala Center di hampir seluruh Indonesia," ujar Pieter. Ia mengaku menolak proposal yang diajukan oleh Husin atas nama Puskaptis.
Ia beralasan relawan tak mungkin bisa mengumpulkan duit sebanyak itu. "Apabila ada, lebih baik untuk kaos, spanduk, stiker, buku, dan alat peraga kampanye lain," ujar Pieter.
Selain itu, kata Pieter, relawan di Jenggala Center sepakat hanya mengandalkan gerakan sukarela. "Sejak awal kami sepakat tidak menggunakan lembaga pemoles seperti itu. Gerakan kami murni atas dasar kerelawanan," ujar Pieter.
Pieter menuturkan saat melakukan presentansi itu, Husin terlihat santai dan rileks. Namun, Pieter mengaku kerap dihubungi oleh Husin untuk meyakinkan para relawan. Tidak hanya itu, Husin kerap mencoba membuka pintu negosiasi meski berulang kali ditolak oleh Pieter.
Pieter mengaku tidak gentar menghadapi Husin karena proposal sebagai bukti otentik masih disimpan. Terlebih, kata Pieter, saat Husin datang, hal itu diketahui oleh para relawan yang ada di Jenggala. "Dia datang ketika banyak orang berkumpul, banyak saksi mata," ujar Pieter kepada Tempo.
Husin Yazid, Direktur Puskaptis, enggan mengomentari keterangan Pieter. "Sudah, saya sakit, meriang," ujarnya, lalu sambungan diputus saat Tempo menghubungi Jumat, 11 Juli 2014. Saat itu, kata Pieter, Husin datang bersama seorang karyawan Puskaptis.
DINI PRAMITA
Berita Lainnya:
Nyaris Putus Cinta Gara-gara Jokowi
Kantor JSI Dilempar Bom, Polisi Periksa CCTV
Pemilu Presiden Bikin Perkawanan Rusak