Migrant Care Endus Kecurangan Pemilu di Malaysia  

Reporter

Minggu, 13 Juli 2014 05:58 WIB

Petugas TPS 37 Gunung Calung, Kelurahan Sayang, Cianjur, Jawa Barat, menunjukan surat suara Pemilu ulang, Sabtu 12 Juli 2014. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO , Jakarta:Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mensinyalir adanya kecurangan dalam penghitungan suara pemilihan presiden di Malaysia. Dia menduga kecurangan tersebut terjadi saat pengiriman surat suara dari Malaysia ke Indonesia melalui pos.

Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 39.671 dan Joko Widodo-Jusuf Kalla 3.709 suara dari pengiriman pos. Sedangkan dari hasil penghitungan di Tempat Pemungutan Suara (TPS), Prabowo-Hatta memperoleh 4.099 suara dan Jokowi-Kalla mendapat 4.816 suara. Proses penghitungan suara masih berlangsung sampai 14 Juli 2014. (baca : KPK Ingatkan Pemilu Presiden Rawan Kecurangan)

Anis mengatakan tingginya perolehan suara melalui pengiriman pos yang diperoleh pasangan calon presiden nomor urut 1 itu, pernah terjadi pada 2009 lalu. Dalam pemilihan ummum calon legislatif, ada satu calon yang melakukan kecurangan sejenis. “Ternyata setelah ditelusuri memang dia curang,” ujarnya ketika dihubungi, Sabtu, 12 Juli 2014.

Modusnya, menurut Anis, surat suara tersebut dimanipulasi sejak pengedropan melalui pengirimnya. “Semacam sudah disorder untuk dibeli,” kata Anis. Dia mengakui yang paling rawan terjadi kecurangan adalah melalui pos dan drop box karena pergerakan suaranya yang susah dipantau. (baca : KPU Jangan Main-main, KPK Tidak Tidur)

Karena itulah, Anis mengatakan sata ini Migrant Care sedang menelusuri kejanggalan tersebut. Di antaranya dari proses pengiriman surat suara, penghitungan suara, dan keterlibatan saksi-saksi. “Apakah ini hanya diposin ke majikan atau didrop ke mana, seperti apa,” ujarnya. (baca : Bawaslu: Kecurangan Mudah Terdeteksi)

Dia mengatakan penelusuran itu sembari menunggu penghitungan suara lainnya. Apalagi, kata Anis, di Malaysia terdapat 50 persen dari total pemilih di luar negeri sekitar 2 juta pemilih. Sedangkan di Kuala Lumpur sendiri terdapat sekitar 500 ribu pemilih. (baca : KPK: Penyelenggara Pemilu Jangan Menerima Suap)

Anggota Komisi Pemilihan Umum Hadar Nafis Gumay mengakui potensi kecurangan mungkin terjadi dalam pemilu yang diselenggarakan di luar negeri. Dia menjelaskan, ada berbagai modus kecurangan di antaranya mengubah formulis C6 hingga bersekongkol dengan petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara di salah satu kubu.

LINDA TRIANITA | TIKA PRIMANDARI


Berita Terpopuler

Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot di AS
Yoga tanpa Baju di Tengah Jalan, Wanita Ini Dibui

KPK: DPR Tak Mendukung Pemberantasan Korupsi

Main Sinetron Lagi, Deddy Mizwar Dinilai Tak Etis

Cortana Prediksi Jerman Juara Piala Dunia

Berita terkait

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

32 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

39 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

44 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

45 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

48 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

10 Maret 2024

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

10 Maret 2024

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

1 Maret 2024

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya

Migrant Care Sebut Belum Terungkap Pengirim 1.900 Surat Suara Tercoblos di Malaysia

26 Februari 2024

Migrant Care Sebut Belum Terungkap Pengirim 1.900 Surat Suara Tercoblos di Malaysia

Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mempertanyakan sistem pemungutan suara menggunakan metode pos.

Baca Selengkapnya