TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah bank tetap optimistis menghadapi tahun ini meskipun kinerja pertumbuhan kreditnya sempat negatif pada kuartal pertama. Pasalnya kalangan perbankan melihat kondisi saat ini sudah mulai berangsur lebih baik
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja, misalnya, menyebutkan, permintaan kredit mulai membaik pada awal tahun ini dibanding pertumbuhannya yang cenderung negatif akhir tahun lalu. "Kami kan optimistis kredit bisa tumbuh sekitar 8 persen sampai 10 persen pada tahun ini,” ujarnya pada pekan lalu.
Jahja melanjutkan, untuk bisa mencapai pertumbuhan kredit dua digit harus melihat realisasi proyek infrastruktur pemerintah. Hingga kini kredit infrastruktur masih menjadi penopang pertumbuhan karena penarikannya cukup kencang. “Kalau kredit biasa, penarikannya masih tidak terlalu begitu menggeliat,” tuturnya.
Sampai kuartal pertama kemarin, kata Jahja, permintaan pembiayaan mayoritas dari kredit pemilikan rumah (KPR). Jahja menjelaskan, permintaan KPR pada awal tahun ini naik seiring dengan program khusus yang mulai kami canangkan sejak Februari 2017.
Sebelum program itu, BCA sudah mendapatkan booking baru sekitar Rp 1,6 triliun. “Lalu, setelah program itu, permintaan booking baru untuk KPR meningkat hingga lima kali lipat. Sampai Maret 2017 itu sudah ada sekitar Rp 21 triliun,” kata Jahja.
Sampai Februari 2017, BCA mencatatkan penurunan kredit sebesar 3,07 pesen menjadi Rp 403,45 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Sedangkan untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) naik sebesar 0,69 persen menjadi Rp 533,86 triliun.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga Wan Razly mengatakan, pertumbuhan kredit pada tiga bulan pertama ini masih agak melambat karena pelaku pasar masih menunggu kepastian seperti, pemilihan kepala daerah (Pilkada) Ibukota Jakarta. “Oleh karena itu, aktivitas pelaku pasar juga kurang menggeliat. Mereka menunggu outlook pasca pilkada nanti tampaknya,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Wan Razly mengaku perseroan memang cenderung konservatif pada tahun ini. Bank dengan kode emiten BNGA itu pun disebut mematok target di bawah industri yang sebesar 10 persen sampai 12 persen. Sampai bulan kedua tahun ini, perseroan mencatatkan penurunan kredit sebesar 3,93 persen menjadi Rp 158,17 triliun, sedangkan untuk pertumbuhan DPK sebesar 0,03 persen menjadi Rp 170,09 triliun.
Adapun dua bank pelat merah yakni, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan Bank Tabungan Negara (BTN) juga optimistis arah pertumbuhan kredit kian membaik. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pada tiga bulan pertama ini, permintaan kredit sudah mulai membaik.
Pertumbuhan kredit awal tahun Bank Mandiri ditopang oleh segmen konsumer dan korporasi. “Untuk korporasi didorong oleh mulai mengairahnya sektor perkebunan, consumer goods, dan otomotif. Kalau konsumer didongkrak oleh KPR, kredit multi guna dan KKB , pertumbuhan kredit kami pada kuartal pertama naik sekitar 13 persen,” ujar Kartika.
Dari laporan bulanan sampai Februari, Bank Mandiri mencatatkan penurunan kredit sebesar 4,15 persen menjadi Rp 568,06 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu, sedangkan DPK perseroan turun 5,73 persen menjadi Rp 648,49 triliun.
Adapun, Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menyebutkan laju pertumbuhan kredit sudah mulai rebound seiring dengan pertumbuhan DPK. Realisasi yang dicapai perseroan sepanjang awal tahun ini pun masih sesuai target.
Untuk kredit, kata Iman, KPR bersubsidi jadi penopang dengan bunga yang ditawarkan sebesar 5 persen. "Selain itu kami juga punya strategi memperbaiki suplai dalam bentuk kredit konstruksi. Secara YoY, kredit kami kuartal pertama tumbuh sekitar 20 persen,” ujarnya.
Dari data laporan bulanan sepuluh bank besar sampai Februari 2017 dibandingkan dengan Desember 2016, tercatat hanya dua dari sepuluh bank yang mencatatkan kenaikan kredit tipis yakni, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. naik paling tinggi sebesar 0,97 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tumbuh sebesar 0,72 persen.