TEMPO.CO, New York - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump membenarkan hasil penyelidikan tim intelijen (CIA,FBI,NSA) tentang upaya peretasan oleh Rusia selama proses pemilihan presiden AS tahun 2016.
Hal itu diungkapkan oleh calon Kepala Staf Gedung Putih yang ditunjuk Trump, Reince Priebus dalam satu wawancara dengan stasiun televisi Fox News pada Minggu, 8 Januari 2017.
Priebus menjadi anggota tim Trump yang pertama memberikan pengakuan bahwa Moskow sengaja 'mempengaruhi' harsil pemilihan presiden AS pada 8 November 2016.
"Dia (Trump) menerima fakta bahwa kasus ini melibatkan entitas di Rusia, jadi itu bukanlah masalah," kata Priebus, seperti yang dilansir Guardian pada 9 Januari 2017.
Pekan lalu, tiga badan intelejen AS, CIA, NSA, FBI menyimpulkan Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan kampanye rahasia untuk mempengaruhi pemilihan Presiden AS demi memenangkan Trump.
Laporan tiga badan intelijen Amerika Serikat itu menyebutkan bahwa kampanye rahasia Rusia bertujuan melemahkan keyakinan publik dalam proses demokrasi Amerika, merendahkan pesaing utama Trump, Hillary Clinton yang didukung partai Demokrat, dan membahayakan elektabilitasnya. Dengan begitu, Trump akan memenangi pemilihan Presiden AS.
Sejauh ini, laporan CIA, NSA, dan FBI ini dianggap paling rinci untuk mengungkap keterlibatan Rusia untuk mengganggu proses politik Amerika dengan membobol akun e-mail Dewan Nasional Demokrat dan anggota Demokrat, seperti Ketua Kampanye Hillary Clinton, John Podesta.
Menurut laporan itu, Rusia menggunakan kampanye propaganda di beberapa negara bagian yang didanai dan mempekerjakan trolls untuk membuat komentar negatif di media sosial. Tidak ada klaim yang mengatakan Rusia mempengaruhi hitungan nyata suara atau mengganggu mesin penghitungan suara.
Baik CIA, FBI, maupun NSA menilai dengan "keyakinan tinggi" bahwa intelijen militer Rusia berada di balik tiga peretas utama, Guccifer 2.0, DCLeaks.com, dan WikiLeaks, yang meretas petinggi Komite Nasional Partai Demokrat (DNC).
THE GUARDIAN|YON DEMA
Baca:
Badan Intelijen AS Beberkan Cara Putin Pengaruhi Pilpres AS
Remaja Ini Akui Buat Berita Bohong untuk Pendukung Trump