TEMPO.CO, Yogyakarta - Bekas barisan relawan Joko Widodo angkat bicara tentang momentum peringatan 100 hari kerja sang presiden (baca: 'Jokowi, Dengarkan Kesaksian Ratna Mutiara'). Agus Widhartono, eks koordinator tim relawan Pilih Jokowi (Piljowi) Yogyakarta menilai salah satu tolak ukur keberhasilan pemerintahan Jokowi dari fluktuasi kebutuhan pokok.
"Ukurane, rego lombok isih larang (ukurannya, harga cabai masih mahal)," kata Agus kepada Tempo Rabu 28 Januari 2015. (Baca: 100 Hari Jokowi-JK, Bekas Tim Sukses Beri Nilai 5
Fluktuasi harga kebutuhan pangan menjadi cerminan bagaimana pemerintahan Jokowi mampu menstabilkan harga di tengah sejumlah kebijakan atas kenaikan dan penurunan harga bahan bakar minyak yang sebelumnya dilakukan.
"Seharusnya saat harga BBM diturunkan, harga kebutuhan pokok bisa ikut turun, tapi tidak terjadi," kata dia.
Sebenarnya, harga cabai berdasarkan pantauan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kota Yogyakarta akhir pekan lalu memang sempat mengalami penurunan tajam, namun terhitung masih tinggi (baca: Diminta Tegas Soal KPK, Jokowi: Keras Lawan Lembut). Misalnya untuk cabai merah keriting dari Rp 90 ribu per kilogram menjadi Rp 30 ribu per kilogram. Sementara cabai rawit Rp 40 ribu per kilogram dari Rp 73 ribu.
Relawan pun menilai Jokowi masih kurang berani menggunakan hak prerogatifnya sebagai presiden. Seperti untuk meredam polemik Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian RI soal pencalonan Kapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan. "Jokowi pemegang 73 juta suara rakyat saat pemilu lalu, kenapa masih takut menggunakan hak prerogatifnya," kata Agus. (Baca: 100 Hari Jokowi, ICW: Nilainya Lima)
Dia melihat justru yang terlihat mencolok di masyarakat tentang peranan elite partai pengusungnya dibanding kebijakan Jokowi sendiri. Relawan pun menilai dari puluhan menteri kabinet kerja, hanya satu dua orang yang tampak konkret bekerja. Misalnya Menteri Kelautan Perikanan, Menteri Pendidikan, dan Menteri Perhubungan.
"Lainnya ikut-ikut blusukan tapi nggak jelas juntrungannya," kata Agus yang mbandingkan Jokowi dengan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono saat di awal pemerintahannya periode kedua 2005 silam. (Baca: Kritik 100 Hari Jokowi, Mahasiswa Tabur Bunga)
Saat itu, SBY berani mengevaluasi kabinet yang bermasalah dengan mengumumkan di Gedung Agung Yogyakarta.
Di sisi lain, satu aspek positif dalam 100 hari kepemimpinan Jokowi, relawan melihat masih terlihat adanya aura semangat baik yang menonjol. "Masih ada semangat Jokowi merampungkan persoalannya, ini yang perlu terus didukung," kata dia. (Baca: Jokowi Tak Bisa Dimakzulkan, Begini Alasannya)
PRIBADI WICAKSONO
Terpopuler
Selalu Bilang Next, Ceu Popong Tegur Menteri Anies
EKSKLUSIF: Wawancara Ratna, Saksi Bambang KPK (I)|
KPK Rontok, Giliran Yusuf PPATK 'Diteror' DPR