TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu presiden tak melulu soal "perang" antarcalon, antarrelawan, ataupun antartim sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Bagi tim WatchdoC, pemilihan presiden juga berkisah tentang orang biasa, orang terpinggirkan, yang mencari asa, perubahan, lewat pemilihan yang berlangsung sekali dalam lima tahun itu.
Ketu7uh adalah film terbaru WatchdoC, rumah produksi yang mengambil spesialisasi film dokumenter. Sejak 2009, rumah produksi berisi jurnalis-jurnalis video itu sudah menggarap banyak seri atau film dokumenter, baik untuk stasiun televisi swasta maupun pribadi. Program Market Story di Bloomberg adalah salah satu karya WatchdoC.
Lewat Ketu7uh, WatchdoC mencoba mengangkat pemilu presiden dari kacamata orang biasa. "Kami berangkat dari pandangan, tanggapan soal pemerintahan sebelumnya, dan apa harapan mereka pada presiden berikutnya," ujar produser Ketu7uh, Hellena Yoranita Souisa, kepada Tempo, Kamis, 24 Juli 2014. Pandangan orang biasa, menurut dia, bahkan lebih penting dibanding pandangan para anggota tim sukses yang dijejalkan ke khalayak selama ini.
Hellena menuturkan pemilu terlihat berbeda dari sisi orang-orang yang umumnya tinggal di wilayah pinggiran. Misalnya, pemilu itu ternyata tidak "rusuh", tidak "hiruk-pikuk", seperti yang dibayangkan orang selama ini. "Ya, ternyata tidak ada keributan apa-apa. Kami mencoba melihat suasana pemilu yang berbeda itu, yang tidak mengacu pada kubu tertentu," katanya.
Hellena berkata, mereka yang tampil dalam Ketu7uh dipilih secara acak dan tersebar di berbagai wilayah, mulai Indramayu, Tangerang, Jakarta, Ende, hingga Samarinda. Karena tokoh-tokoh utama dokumenter ini berasal dari berbagai wilayah, belasan jurnalis video dikerahkan. Total ada 17 jurnalis terlibat dalam pembuatan dokumenter ini. Sebanyak 12 orang merupakan kru WatchdoC dari Jakarta, sementara sisanya kontributor daerah.
"Kebetulan tiap kami liputan ke daerah, kami melakukan workshop terhadap jurnalis-jurnalis video baru. Kami punya banyak kenalan di daerah yang bisa membantu," kata Hellena.
Menurut Hellena, film yang syutingnya berlangsung sejak awal tahun ini dibuat dengan dana WatchdoC sendiri. Itu sebabnya, film ini tidak berorientasi keuntungan. Rencananya, begitu film ini selesai, mereka akan screening roadshow ke berbagai daerah. "Film ini belum selesai. Kami masih menunggu proses pelantikan. Saya tidak bisa bilang apakah sisi gugatan hasil pemilu ini akan kami masukkan juga atau tidak," ujarnya. (Baca juga: Gugatan Prabowo ke MK Dinilai Lemah)
Secara terpisah, Raff Beding, salah satu jurnalis yang terlibat dalam produksi, mengatakan Ketu7uh adalah proyek film yang menarik. Ia mengibaratkan produksi film ini seperti penelitian tentang pemilu dengan orang-orang biasa sebagai obyeknya. "Saya fokus pada sisi-sisi manusianya," ujar Raff kepada Tempo via pesan elektronik.
Trailer Ketu7uh sudah muncul di YouTube sejak 22 Juli 2014. Ketika tulisan ini dibuat, trailer hitam-putih itu sudah beredar di berbagai situs jejaring sosial dan menarik komentar-komentar positif dari netizen. "Merinding liat trailer film dokumenter Yang Ketu7uh," ujar salah satu tweep, @Rinjenong. Akun @alfredoodenis pun menyarankan Presiden RI ketujuh Joko Widodo untuk melihatnya. "Watch it and congrats Mr. Joko Widodo," ujarnya.
Selebtweet pun tak ketinggalan meninggalkan komentar untuk film yang kabarnya tidak akan hitam-putih seperti trailer-nya. Penulis Dewi Dee Lestari lewat akun @deelestari mengaku berkaca-kaca melihat trailer-nya. (Baca juga: Film Transformers Digugat Perusahaan Cina)
ISTMAN M.P.
Berita Lainnya:
Jimly Asshiddique: Pilpres Saat Ramadan Itu Berkah
Jokowi Belum Berencana Silaturahmi dengan Prabowo
Tim Prabowo Tak Percayai Mahfud
Situs Berita Palsu Sama dengan Kampanye Hitam