Preseden Buruk Demokrasi dari Dinamika Politik  

image-gnews
Artis Rachel Maryam (kiri kedua) dan Dimas Beck (kanan kedua) bersama pendukung capres dan cawapres Prabowo Subianto - Hatta Rajasa menggelar aksi Suara Damai Untuk Negeri mengelilingi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 12 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Artis Rachel Maryam (kiri kedua) dan Dimas Beck (kanan kedua) bersama pendukung capres dan cawapres Prabowo Subianto - Hatta Rajasa menggelar aksi Suara Damai Untuk Negeri mengelilingi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 12 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan sangat baik. Pelbagai perubahan ke arah "demokrasi matang" sudah banyak dilakukan. Namun ada upaya merusak tatanan demokrasi di Indonesia.

Leo Agustino, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, menilai dinamika politik Indonesia sebelum dan seusai pemilihan presiden kali ini akan menjadi preseden buruk bagi pendalaman demokrasi di Tanah Air. Ia punya dua alasan atas penilaiannya ini.

Pertama, ada usaha untuk mengacaukan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh lembaga survei yang kredibel dan berintegritas.  "Paling tidak, dalam perspektif saya, pengacauan hasil hitungan cepat tersebut setidaknya dilakukan oleh pollster yang rekam jejaknya belum teruji punya kredibilitas dan integritas yang baik," kata Leo.

Selain itu, ia mendapat informasi bahwa situasi ini merupakan langkah terencana yang dilakukan oleh Rob Allyn, konsultan politik AS yang berafiliasi dengan salah seorang kontestan pemilu presiden. Situasi ini tentu saja dilakukannya untuk memenangkan capres yang menyewanya.

Rob Allyn yang disebut melakukan strategi muddy the statistical waters di Indonesia sebelumnya pernah menggunakan strategi serupa dalam pemilihan presiden Meksiko. "Setidaknya ini yang saya baca informasinya dari kicauan Prof Dr Marcus Mietzner," kata Leo.(Baca : Jokowi Yakin Hasil Quick Count dan Real Count Sama )

Akibat penerapan strategi ini, yang juga menjadi alasan kedua Leo, muncul kebingungan di tengah masyarakat, terutama ihwal lembaga survei mana yang pantas dipanuti. Malangnya, rakyat Indonesia telah terbelah menjadi dua kelompok besar yang saling mengklaim kemenangan jagoan masing-masing.

Ketiga, masyarakat yang telah meyakini kemenangan jagoan Rob Allyn tentu akan "menghukum" KPU apabila hasil penghitungan manual lembaga negara itu tidak sama dengan quick count lembaga yang memenangkan capres tersebut.

Iklan
image-banner
Scroll Untuk Melanjutkan

Leo waswas jika situasi ini tidak segera diselesaikan. "Saya khawatir keterbelahan masyarakat yang sudah terbelah akan menjadi semakin akut. Oleh sebab itu, hal yang terbaik adalah masing-masing capres menahan diri untuk tidak berlaku berlebihan, terutama di balik layar. Sebab politik selalu menyediakan ruang bagi elite politik untuk berlaku di front maupun back stage," kata Leo.

Ia khawatir, saat ini, di front stage, elite politik Indonesia seolah-oleh tenang, tapi, di back stage, mereka melakukan aksi Machiavellian.

RINA ATMASARI

Berita Terpopuler
Soekarwo: Saya Kampanye Batin untuk Prabowo-Hatta
Siaran TV One dan Metro TV Paling Banyak Diadukan
Terduga Penyegel Kantor TVOne Diancam Dibunuh
Aliansi Perempuan Surakarta Berdoa untuk Pemilu Damai  

Iklan


Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Relawan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa saat mengikuti kirab budaya menyambut Presiden ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kawasan MH Thamrin, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.


Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Pendukung Jokowi-JK menggunduli rambutnya saat Pemilu Presiden 2014 di posko Relawan Keluarga Nusantara di Kuta, Bali, 9 Juli 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.


Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Pimpinan MPR terpilih, Ketua Zulkifli Hasan bersama Wakil Ketua (kiri-kanan) Hidayat Nur Wahid, H. Mahyuddin, Evert Erenst Mangindaan dan Oesman Sapta Odang berfoto bersama pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.


Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Jokowi. ANTARA/Rosa Panggabean
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.