TEMPO.CO, Bekasi - Calon presiden Joko Widodo menyatakan komitmennya untuk menangani kasus penculikan aktivis pada 1998. Menurut Jokowi, tragedi yang terjadi ketika itu perlu diusut agar dapat memberi rasa keadilan bagi para korban. "Kasus itu harus diselesaikan. Itu komitmen saya," ujarnya, Jumat, 4 Juli 2014. (Baca di sini: Jadi Presiden, Jokowi Diminta Ungkap Penculik)
Kasus penculikan itu terjadi menjelang transisi kepemimpinan Orde Baru. Belasan aktivis dinyatakan hilang. Ada pula yang diculik dan disiksa sebelum akhirnya dilepaskan. Hari ini sebagian di antara mereka menyatakan dukungannya terhadap Joko Widodo.
Mantan aktivis 1998 yang juga jadi korban penculikan, Raharja Waluyo Jati, menyatakan dia dan beberapa orang disekap di ruang berhawa pengap. "Seperti ruang bawah tanah," tuturnya. Jati mengaku selalu mendapat siksaan saat disekap. "Jika tak salah, tujuh hari saya disekap," kata Jati. Sampai sekarang 13 orang masih belum kembali, termasuk Wiji Tukul, Herman Hendrawan, dan Suyat.
Sejumlah mantan aktivis 1998 itu membacakan surat terbuka untuk Jokowi-Kalla. Dalam surat tersebut, mereka mempercayakan penyelesaian kasus hilangnya 13 aktivis kepada pasangan itu. "Kami menyematkan harapan di hati Anda berdua (Jokowi-Kalla) karena Anda berdua adalah jalan keluar dari penantian panjang penyelesaian masalah ini," ujar Raharja Waluya Jati saat membacakan surat terbuka.
Menurut Jokowi, kasus yang bermuatan pelanggaran hak asasi manusia itu tak boleh ditelantarkan. "Harus diselesaikan, udah pasti kayak gitu, kok," tuturnya. "Itu bukan janji. Itu komitmen saya, kok dibilang janji," katanya.
RIKY FERDIANTO
Terpopuler
Mega Soal Rustri ke Prabowo: Apa yang Kau Cari?
ISIS Bersumpah Hancurkan Kabah Jika Kuasai Mekah
Prabowo Salah Sebut Singkatan PKS
Kenapa Anggota Brimob Rizky Dikeroyok Hingga Tewas
Ada Bekas Gigitan Ular di Tubuh Siswa SMA 3
Dua Penggagas Obor Rakyat Jadi Tersangka